Tingkatketiga, akibat atau hasil perbuatan tersebut, yaitu baik atau buruk. Kata hati atau niat biasa juga disebut karsa atau kehendak, kemauan, wil. Dan isi dari karsa inilah yang akan direalisasikan oleh perbuatan. Dalam hal merealisasikan ini ada (4 empat) variabel yang terjadi : a. Tujuan baik, tetapi cara untuk mencapainya yang tidak baik. b.
1 Pengertian Dan Pandangan Filsuf. Etika adalah ilmu yang membahas perbuatan baik dan perbuatan buruk manusia sejauh yang dapat dipahami oleh pikiran manusia. Etika disebut pula akhlak atau disebut pula moral.Apabila disebut"akhlaq"berasal dari bahasa Arab.Apabila disebut "moral"berasal dari bahasa Latin Mores.
Seseorangyang mempelajari ilmu ini akan memiliki pengetahuan tentang kriteria perbuatan baik dan buruk, dan selanjutnya ia akan banyak mengetahui perbuatan yang baik dan perbuatan yang buruk. Ilmua akhlak atau akhlak yang mulia juga berguna dalam mengarahkan dan mewarnai berbagai aktivitas kehidupan manusia disegala bidang.
Akibatperbuatan e. Kontrak/imbal jasa. dan yang baik adalah yang disepakati oleh mayoritas masyarakat. Anak menyadari bahwa nilai (benar/salah, baik/buruk, suka/tidak sukad, dll) adalah relative, menyadari bahwa hukum adalah intrumen yang disetujui untuk mengatur kehidupan masyarakat, dan itu dapat diubha melalui diskusi apabila hukum
KunciJawaban Bacaan Gemar Berolah Raga buku siswa kelas 1 tema 2 subtema 1 pembelajaran 1 perbuatan yang baik dan buruk bunyi-bunyian alam. Baca Juga : Teknik Mewarnai Gambar Cerita Kelas 5 Tema 2 Subtema. Bacaan Gemar Berolah Raga Halaman 9 Ayo Berlatih. Lihatlah gambar-gambar di bawah ini!
Danmereka tampaknya selalu singgah di Wat Ba Pong (sebuah vihara di Thailand), entah dalam perjalanan perginya, atau pada pulangnya. Beberapa orang begitu terburu-buru sehingga saya tidak sempat bertemu atau pun bercakap dengan mereka. Kebanyakan orang mencari kebajikan, tetapi saya lihat tidak banyak yang mencari jalan keluar dari perbuatan
. ArticlePDF Available AbstractThe flow of ethical thought does not stop at Western Philosophy. Ethical thinking also colors and influences the discourse of thought in Islamic Philosophy. Differences in the style of Western Philosophy and Islamic Philosophy have a significant impact that has caused a debate about the expertise and courage of a Muslim thinker in adopting Greek ethical thought by not leaving the corridors of Islamic teachings. A very striking difference is the portion of the use of ratios in the construction of such debate is the difference of opinion regarding the contribution of Ibn Miskawaih in ethical discourse. Some Muslim thinkers say that Ibn Miskawaih is an ethical figure with his main work Tahdzib al-Akhlaq, while other opinions say that he is a moral figure. Thus, this research will show Ibn Miskawaih’s thought building in deeper, so that the foundations of his thought can be seen. More broadly, this research is important to be done to clarify the realm of moral and ethical discourse that develops in Islamic Philosophy, even though Western Philosophy and Islamic Philosophy have the same universal study examines the book Tahdzib al-Akhlaq which is a Ibn Miskawaih master piece. This research attempts to answer the question whether Tahdzib al- Akhlaq is an ethical or moral book. This was done by examining two works of translation of Tahdzib al-Akhlaq, namely The Refinement of Character written by Constantine K. Zurayk and Towards Moral Perfection written by Helmi Hidayat. This research is focused on tracing the arguments compiled by Ibn Miskawaih and tracking the minds of the figures that influence this research it was concluded that Tahdzib al-Akhlaq was not an ethical work, but a moral work. This affirms the criticism made by Fazlur Rahman that Muslim philosophers have failed to produce logically related ethical systems. Discover the world's research25+ million members160+ million publication billion citationsJoin for freeContent may be subject to copyright. Vol. 19, No. 1, Januari 2019 ISSN 1411-9951JURNAL FILSAFAT DAN PEMIKIRAN ISLAMREFLEKSIPenanggung JawabKetua Program Studi Filsafat AgamaFakultas Ushuluddin dan Pemikiran Islam UIN Sunan KalijagaKetua PenyuntingMuhammad TaukSekretaris PenyuntingNovian WidiadharmaPenyunting PelaksanaSyaifan NurFahruddin FaizFatimahPelaksana Tata UsahaSukandriAlamat Redaksi/Tata Usaha Program Studi Aqidah dan Filsafat Islam Fakultas Ushuluddin dan Pemikiran Islam UIN Sunan Kalijaga, Jl. Marsda Adisucipto, telp. 0274 512156, YogyakartaReeksi diterbitkan pertama kali pada bulan Juli 2001 oleh Jurusan Aqidah dan Filsafat Fakultas Ushuluddin IAIN Sunan Kalijaga Yogyakarta dan terbit dua kali dalam satu tahun bulan Januari dan JuliReeksi menerima tulisan yang belum pernah diterbitkan atau dipublikasikan di media lain. Naskah diketik di atas kertas HVS kwarto A4 spasi ganda sepanjang 20-30 halaman dengan ketentuan seperti dalam halaman kulit sampul belakang. Penyunting berhak melakukan penilaian tentang kelayakan suatu artikel baik dari segi isi, informasi maupun penulisan. Vol. 19, No. 1, Januari 2019 ISSN 1411-9951JURNAL FILSAFAT DAN PEMIKIRAN ISLAMREFLEKSIDAFTAR ISIv Daftar Isiv Editorial ArtikelvPeran Akal dalam Memahami Pengetahuan Laduni Telaah Kitab Risalah Al-Laduniyyah Al Ghazali Aizzatun Nisak, hlm. 1-17vProyek “Kritik” Abed Al-Jabiri dan Implikasinya pada Nalar Keislaman Khairiyanto, hlm. 19-38vFilsafat Ibn Thufayl dan Novel Hayy Bin Yaqdhan Muh. Syamsuddin, hlm. 39-61vFilsafat Politik Ali Abdul Raziq Rido Putra, hlm. 63-76vEtika dalam Islam Telaah Kritis terhadap Pemikiran Ibn Miskawaih Rusan Efendi, hlm. 77-102vJalan Illuminasi dalam Mistisisme Hazrat Inayat Khan 1882 -1927 Syaifan Nur dan Asna Ulil Maizah, hlm. 103-124vArti Penting Filsafat dalam Pendidikan Islam Nuansa Falsaa T., hlm. 125-127 EDITORIALPada edisi kali ini, tim redaksi menerima beberapa tulisan yang didominasi oleh kajian lsafat. Diawali Aizzatun Nisa’ yang menulis Peran Akal dalam Memahami Pengetahuan Laduni Telaah Kitab Risalah al-Laduniyyah al-Ghazali. Hubungan akal dan intuisi, menurut tulisan ini, pada hakekatnya selalu dalam kondisi interaktif, terlebih dahulu melihat jenis-jenis pengetahuan yang dapat ditangkap manusia. Menurut al-Ghazali ada empat macam tingkatan eksistensi wujud yaitu wujud metasik, wujud empirik, wujud khayali imajinatif, wujud rasional al-ma’qulat. Selanjutnya tulisan Khairiyanto, yang bicara proyek “kritik” Abed al-Jabiri dan implikasinya pada nalar keislaman. Menurut Khairiyanto, studi kritis dalam suatu kajian akademik merupakan aspek terpenting yang perlu dan wajib dilakukan. Tujuannya agar kajian terus berlangsung serta dikembangkan kembali, sehingga ada kontribusi pada suatu peradaban sejarah manusia. Abed Al-Jabiri melalui studi kritisnya menawarkan suatu konsep kritik nalar Muh. Syamsuddin yang berjudul Filsafat Ibn Thufayl dan Novel Hayy bin Yaqzan merupakan sebuah risalah yang bertujuan memberikan penjelasan ilmiah tentang permulaan kehidupan manusia di bumi. Risalah ini merupakan suatu pemaparan Ibn Thufayl mengenai pengetahuan, yang berupaya menyelaraskan Aristoteles dengan Neo-Platonis di satu pihak, dan Al-Ghazali dengan Ibn Bajjah di pihak tulisan Rido Putra yang berjudul Filsafat Politik Ali Abdul Raziq. Menurut Raziq, realitas sejarah Islam tidaklah memberikan keharusan bentuk organisasi politiknya bernama khilafah dan pimpinannya disebut sebagai khalifah. Negara yang ideal menurut Raziq ialah negara berasaskan humanisme universal yang memperjuangkan rakyatnya, demokrasi dan keadilan sosial, yaitu negara sekuler bagi kaum muslimin dan non muslim yang hidup di negara ada tulisan Rusan Efendi berjudul Etika dalam Islam Telaah kritis terhadap Pemikiran Ibn Miskawaih. Tulisan ini berkesimpulan bahwa kitab Tahdzib al-Akhlaq karya Miskawih bukan merupakan karya etika, melainkan moral. Hal ini mengarmasi kritik yang dilontarkan oleh Fazlur Rahman bahwa para lsuf muslim telah gagal menghasilkan sistem etika yang bertalian secara logisBerikutnya tulisan berjudul Jalan Iluminasi dalam Mistisisme Hazrat Inayat Khan 1882 -1927 yang ditulis oleh Syaifan Nur dan Asna Ulil Maizah. Berdasarkan hasil kajian penelusuran keduanya menunjukkan bahwa jalan illumniasi memerlukan proses inisiasi sebagai landasan untuk melangkah ke dalam pencarian hakikat sesungguhnya. Inisiasi sebagai sebuah perubahan dasar dalam kondisi yang esensial, sebagai acuan setiap manusia untuk memulai, vi Editorialmeniatkan sesuatu yang mengarah ke arah yang lebih baik. Secara laku maupun lisan, sebagai pendengar, peniru dan pembicara, pelaku inisiasi mampu mengetahui tahap demi tahap untuk melakukan sebuah perjalanan batin untuk memperoleh pencerahan yang dirasa sangatlah berpengaruh pada ditutup oleh resensi buku Filsafat dan Pendidikan dalam Islam, yang ditulis oleh Nuansa Falsaa T. Selamat membaca, semoga bermanfaat. Reeksi, Vol. 19, Januari 2019 77 ETIKA DALAM ISLAM TELAAH KRITIS TERHADAP PEMIKIRAN IBN MISKAWAIHRusan EfendiAlumni Aqidah dan Filsafat Islam UIN Sunan KalijagaAbstractThe ow of ethical thought does not stop at Western Philosophy. Ethical thinking also colors and inuences the discourse of thought in Islamic Philosophy. Dierences in the style of Western Philosophy and Islamic Philosophy have a signicant impact that has caused a debate about the expertise and courage of a Muslim thinker in adopting Greek ethical thought by not leaving the corridors of Islamic teachings. A very striking dierence is the portion of the use of ratios in the construction of such debate is the dierence of opinion regarding the contribution of Ibn Miskawaih in ethical discourse. Some Muslim thinkers say that Ibn Miskawaih is an ethical gure with his main work Tahdzib al-Akhlaq, while other opinions say that he is a moral gure. Thus, this research will show Ibn Miskawaih’s thought building in deeper, so that the foundations of his thought can be seen. More broadly, this research is important to be done to clarify the realm of moral and ethical discourse that develops in Islamic Philosophy, even though Western Philosophy and Islamic Philosophy have the same universal study examines the book Tahdzib al-Akhlaq which is a Ibn Miskawaih master piece. This research attempts to answer the question whether Tahdzib al-Akhlaq is an ethical or moral book. This was done by examining two works of translation of Tahdzib al-Akhlaq, namely The Renement of Character written by Constantine K. Zurayk and Towards Moral Perfection written by Helmi Hidayat. This research is focused on tracing the arguments compiled by Ibn Miskawaih and tracking the minds of the gures that inuence this research it was concluded that Tahdzib al-Akhlaq was not an ethical work, but a moral work. This arms the criticism made by Fazlur Rahman that Muslim philosophers have failed to produce logically related ethical Ethics, Western Philosophy, Islamic Philosophy, Ibn Miskawaih, Moral, Tahdzib al-Akhlaq 78 Rusan Efendi Etikd dalam Islam Telaah Kritis Terhadap Pemikiran Ibn MiskawaihAbstrakArus pemikiran etika tidak hanya berhenti di Filsafat Barat. Pemikiran etika turut mewarnai dan mempengaruhi wacana pemikiran dalam Filsafat Islam. Perbedaan corak pemikiran Filsafat Barat dan Filsafat Islam memberikan dampak yang cukup signikan sehingga menimbulkan perdebatan mengenai kepiawaian dan keberanian seorang pemikir Muslim dalam mengadopsi pemikiran etika Yunani dengan tidak keluar dari koridor ajaran-ajaran Islam. Perbedaan yang sangat kentara adalah porsi penggunaan rasio dalam konstruksi pemikirannya. Salah satu perdebatan tersebut adalah perbedaan pendapat mengenai kontribusi Ibn Miskawaih dalam diskursus etika. Beberapa pemikir Muslim mengatakan bahwa Ibn Miskawaih merupakan seorang tokoh etika dengan karya utamanya Tahdzib al-Akhlaq, sedangkan pendapat lain mengatakan bahwa ia adalah seorang tokoh moral. Dengan demikian, penelitian ini akan memperlihatkan bangunan pemikiran Ibn Miskawaih secara lebih dalam, sehingga dapat terlihat pondasi-pondasi pemikirannya. Secara lebih luas, penelitian ini penting dilakukan untuk memperjelas antara ranah diskursus moral dan etika yang berkembang dalam Filsafat Islam, meskipun antara pemikiran Filsafat Barat dan Filsafat Islam memiliki nilai-nilai universal yang ini mengkaji kitab Tahdzib al-Akhlaq yang merupakan Master piece Ibn Miskawaih. Penelitian ini berupaya menjawab pertanyaan apakah Tahdzib al-Akhlaq merupakan kitab etika atau moral. Hal tersebut dilakukan dengan menelaah dua karya terjemahan Tahdzib al-Akhlaq, yaitu The Renement of Character yang ditulis oleh Constantine K. Zurayk dan Menuju Kesempurnaan Akhlak yang ditulis oleh Helmi Hidayat. Penelitian ini difokuskan untuk menelusuri argumen-argumen yang disusun oleh Ibn Miskawaih dan melacak pikiran tokoh-tokoh yang mempengaruhinya. Dari penilitian ini didapat kesimpulan bahwa Tahdzib al-Akhlaq bukan merupakan karya etika, melainkan karya moral. Hal ini mengarmasi kritik yang dilontarkan oleh Fazlur Rahman bahwa para lsuf Muslim telah gagal menghasilkan sistem etika yang bertalian secara logis. Kata kunci Etika, Filsafat Barat, Filsafat Islam, Ibn Miskawaih, Moral, Tahdzib al-AkhlaqA. Pendahuluan 1. Latar Belakang MasalahPenelitian ini menelaah pemikiran Ibn Miskawaih melalui karya terjemahan dari Tahdzib al-Akhalq, yaitu The Renement of Character dan Menuju Kesempurnaan Akhlak. Hal ini tidak terlepas dari berkembangnya diskursus Reeksi, Vol. 19, Januari 2019 79 pemikiran etika Yunani Filsafat Barat yang mempengaruhi wacana pemikiran dalam Filsafat Islam. Perbedaan corak pemikiran antara Filsafat Barat dan Filsafat Islam menjadi titik tolak dalam penelitian tentang moralitas menjadi salah satu bidang kajian dalam lsafat yang sangat menggairahkan untuk dikaji. Dari zaman Yunani hingga abad ke-21 ini, pembicaraan mengenai etika tidak pernah kering untuk diperbincangkan. Banyak lsuf atau pemikir telah mencoba mencari rumusan universal untuk menjawab problematika tentang moralitas, misalnya apa yang baik dan tidak baik, apa yang benar dan salah, apa yang bermoral dan tidak bermoral, dan apa yang seharusnya dilakukan serta apa yang seharusnya bagaimana dengan pemikiran moral dalam konteks Filsafat Islam? Baik dalam Filsafat Islam maupun Filsafat Barat, keduanya sama-sama terpengaruh oleh karya Aristoteles, yaitu Nicomachean Ethics. Hal ini senada dengan apa yang dikemukakan oleh Haidar Ia berpendapat, “semua losof Muslim mengajarkan kebijaksanaan moderasi’ al-hadd al-wasath, yaitu sikap pertengahan dalam segala sesuatu yang memang merupakan salah satu inti dari ajaran Aristoteles sebagaimana tertuang dalam buku tersebut.”2Shustery menjelaskan bahwa “etika merupakan satu-satunya subyek di mana Timur tidak meniru Barat,” dan bahwa “satu-satunya pengaruh yang dapat dibawa dari Barat ke Timur, dalam hubungannya dengan subyek ini adalah metode ilmiah.”3 Walapun demikian, baik dalam Filsafat Islam maupun Filsafat Barat sama-sama terbentuk dari faktor historis, wahyu, genealogi, dan tradisi-tradisi, baik tradisi keagamaan maupun tradisi yang berasal dari masyarakat setempat. Namun yang membedakan keduanya adalah intensitas dari tiap-tiap faktor tersebut dalam mengkonstruksi pemikiran moral, misalnya dalam Filsafat Islam sarat dengan nilai-nilai keagamaan, sedangkan dalam Filsafat Barat lebih mengedepankan Fakhry berpendapat bahwa ada dua tipe etika yang saling bertentangan di dalam Islam, yaitu tipe skriptural dan losos. Tipe pertama bertumpu pada teks kitab suci, yaitu Al-Quran dan Sunnah. Sedangkan tipe kedua mengeksploitasi metode-metode silogistik dan diskursif dari etika Yunani. Dari dua tipe etika ini menghasilkan dua tipe etika lainnya, yaitu tipe teologis dan tipe religius. Tipe teologis dibentuk oleh kategori-kategori dan konsep-konsep lsafat, sedangkan tipe religius kurang bergantung kepada etika losos, meskipun tidak mengabaikan metode loso Majid Fakhry memasukkan al-Kindi, al-Razi, al-Farabi, 1 Haidar Bagir merupakan doktor dalam bidang Filsafat Islam. Ia memperoleh gelar doktornya dari jurusan Filsafat Universitas Indonesia. 2 Haidar Bagir, Buku Filsafat Islam Bandung Mizan, 2006, hlm. Sebagaimana dikutip oleh Bakhtiar Husain Siddiqi, “Nasir Al-Din Tusi” dalam Para Filosof Muslim Bandung Mizan, 1989, hlm. 249. 4 Majid Fakhry, Etika dalam Islam, terj. Zakiyuddin Baidhawy Yogyakarta Pustaka Pelajar, 1996, hlm. xi. 80 Rusan Efendi Etikd dalam Islam Telaah Kritis Terhadap Pemikiran Ibn MiskawaihIbn Sina, dan Ibn Miskawaih ke dalam tipe etika losos. Melalui karya Ibn Miskawaih pemikiran Platonisme, Aristotelian, Neo Platonis, dan Stoa saling Sementara itu, berkenaan hal tersebut Fazlur Rahman mengemukakan pendapat yang kontradiktif. Ia berpendapat bahwa sejarah pemikiran dalam Islam tidak menghasilkan lsafat moral yang sistematis. Lebih lanjut, para lsuf Muslim telah gagal menghasilkan sistem etika yang bertalian secara di atas memperlihatkan adanya dua pendapat yang berbeda dalam menilai dan merespon pemikiran moral dalam Islam. Di satu pihak berpendapat ada konstruksi etika yang dibangun dalam tradisi Filsafat Islam. Sedangkan di pihak lain berpendapat bahwa tidak ada sistem etika yang benar-benar logis dalam tradisi pemikiran Islam. Atas dasar pengkategorian yang dikemukakan oleh Majid Fakhry di atas, penelitian ini difokuskan untuk menelaah pemikiran Ibn Miskawaih. Selain mewakili pemikir Muslim yang tergolong kategori etika losos, Ibn Miskawaih pun dianggap sebagai “Bapak Etika dalam Islam” dan selalu menjadi rujukan para pemikir Muslim setelahnya. Penelitiaan ini dilakukan melalui telaah kritis karya terjemahan dari Tahdzib al-Akhlaq, yaitu The Renement of Character dan Menuju Kesempurnaan Akhlak. Karya tersebut dipilih karena merupakan master piece Ibn Miskawaih. Berdasarkan pencarian kejelasan mengenai diskursus moral dan etika dalam Filsafat Islam, maka penelitian ini difokuskan untuk meninjau kembali apakah Tahdzib al-Akhlaq merupakan karya etika atau Riwayat hidupIbn Miskawaih lahir di Iran pada tahun 330 H/932 M dan meninggal tahun 421 H/ 1030 M. M. Abdul Haq Ansari menyebutkan nama lengkap dari Ibn Miskawaih adalah Abu Ali Ahmad Muhammad Ya’qub Miskawaih. Ibn Miskawaih adalah seorang lsuf, sejarawan, lolog, penyair, dan dokter atau tabib yang lahir pada tahun 325 H/936 M di Kabupaten Rayy, Ibn Miskawaih hidup pada masa kekhalifan Abassiyyah yang ketika itu sedang marak menerjemahkan secara besar-besaran karya-karya lsuf Yunani ke dalam bahasa Arab. Masa itu menjadi saat berkembangnya ilmu pengetahuan karena banyak orang yang terpacu untuk menggeluti ilmu pengetahuan, baik dalam usaha menerjemahkan maupun menghasilkan sebuah karya. Implikasinya, Ibn Miskawaih pun banyak terpengaruh oleh pemikiran lsuf Yunani, terutama Aristoteles dan Plato. Pengetahuan Ibn Miskawaih berkisar dari sejarah ke psikologi, kemudian ke Psikologi Ibn Miskawaih bertumpu pada ajaran spiritualitas tradisional 5 Majid Fakhry, Etika dalam Islam…, hlm. Sebagaimana dikutip oleh Fatimah Husein dalam “Fazlur Rahman’s Islamic Philosophy”, Thesis, McGill University, 1997, hlm. M. Abdul Haq Ansari, The Ethical Philosophy of Miskawaih Aligarh The Aligarh Muslim University Press, 1964, hlm. 16. 8 Majid Fakhry, Sejarah Filsafat Islam…, hlm. 265. Reeksi, Vol. 19, Januari 2019 81 Plato dan Aristoteles dengan kecenderungan Platonis9. Ia menulis masalah ini dalam al-Fauz al-Asghar dan Tahdzib Profesinya sebagai pustakwan memberikan keuntungan tersendiri untuk selalu bergelut dengan buku-buku. A. Mustofa berpendapat bahwa Ibn Miskawaih dikenal sebagai Guru Ketiga Al-Mu’allim Al-Tsalits, setelah Al-Farabi sebagai Guru Kedua Al-Mu’allim Al-Tsani. Sedangkan yang dipandang sebagai Guru Pertama Al-Mu’allim Al-Awwal adalah beberapa karya-karya Ibn Miskawaih, yaitu Al-Fauz al-Akbar12, z al-Asghar13, Tajarib al-Umam 14, Uns al-Farid15, Tartib al-Sa’adah16, Al-9 Platonis atau yang sering disebut Platonisme merupakan sistem-sistem pemikiran turunan langsung dari lsafat Plato. Kecenderungan Ibn Miskawaih kepada Platonisme terlihat pada bagian awal dalam karyanya Tahdzib al-Akhlaq. Filsafat Plato yang diikuti oleh Ibn Miskawaih terkait esensi ruh dan unsur-unsur ruh atau jiwa. 10 Abdurrahman Badawi, “Miskawaih” dalam Para Filosof Muslim, terj. Ahmad Muslim dan Yustino Bandung Mizan, 1989, hlm. 88. 11 A. Mustofa, Filsafat Islam Bandung Pustaka Setia, 1997, hlm. Karya ini memuat penjelasan yang lebih lengkap dibandingkan dengan al-Fauz al-Asghar. Menurut M. Abdul Haq Ansari, “this book is not extant, and probably Dr. Abdul Aziz Izzat is right in believing that is the same as the Tahdhib al-Akhlaq.” Lihat M. Abdul Haq Ansari, The Ethical…, hlm. Karya ini dapat diakses dalam Miskawaih, Al-Fauz al-Asghar, Bairut, 1319 Berkenaan dengan al-Fauz al-Asghar, M. Abdul Haq Ansari berpendapat, “Miskawaih was not a metaphysician. His al-Fauz al-Asghar is not a book metaphysician. It is rather an attempt to give a plain and precise language a philosophical interpretation of the three fundamentals of Islam, viz., God, life after death and prophethood. It is a book on theology, with a detailed discussion of the soul, serving also at the basis of his conception of happiness and virtue. The bases of his interpretation of Islamic beliefs are neo-Platonic, and the deeper we go into it, the more vivid become the underlying ideas, so much so that a somewhat coherent picture of the neo-Platonic metaphysics gradually emerges. In his eort to reconcile neo-Platonic ideas with Islamic beliefs, he often deviates from old conceptions or makes original suggestions, though sometimes he takes shelter in obscurity or remains silent. On the whole the book is very systematic and lucid besides being concise.” Lihat M. Abdul Haq Ansari, The Ethical…, hlm. 20. 14 M. Abdul Haq Ansari berpendapat, “His monumental theory work on History bears the tittle of Tajarib al-Umam The Experiences of Nations, and is in six volumes. The last three volumes have been edited and translated by Margoliouth under the tittle Eclipse of The Abbasid Caliphat.’ This is an invaluable source on the period of the Buwayhids.” Lihat M. Abdul Haq Ansari, The Ethical Philosophy of Miskawaih, hlm. Karya ini berisi beberapa koleksi mengenai moral of aphorisms. Yaqut berpendapat, “Tales, poems, maxims, and proverbs not arranged in chapters. 16 Karya ini dapat diakses dalam Miskawaih, Kitab Al-Sa’adah, al-Maktabat al-Mahmudiyah, Egypt, 1928. Sebagai tambahan Khan menyertakan keterangan mengenai kitab ini dengan Ed. By Shaikh Ali as-Suyuti, Kairo 1346/1928. 82 Rusan Efendi Etikd dalam Islam Telaah Kritis Terhadap Pemikiran Ibn MiskawaihMusthafa17, Jawidan Khirad18, AL-Jami’19, Al-Siyar20, Al-Asyribah21, Tahdzib al-Akhlaq22, Al-Adwiyah23, Risalah al-Ladzdzat wal-Alam Jauhar al-Nafs24, Ajwibah wa As’ilah al-Nafs wal-Aql25, Al-Jawab al-Masa’il al-Tsalats26, Risalah Jawab Su’al Ali bin Muhammad Abu Hayyan al-Shu Haqiqat al-Aql27, Thaharat al-Nafs28, Manazil Al-Ulum29, Al-Hikmat al-Khalidah30, Al-Hawamil wa A. Mustofa dalam karyanya yang berjudul FIlsafat Islam menamakan karya Ibn Miskawaih ini dengan Al-Mustaudi. Namun, tidak ada penjelasan lebih lanjut yang diberikan A. Mustofa terkait keberadaan karya ini. Dia hanya memberikan keterangan bahwa karya tersebut berisi kumpulan syair-syair pilihan. 18 Menurut Henry Corbin, A treatise with this title was said to have been written by king Hushang, one of the legendary kings of ancient Iranian history, or by some sage of his period This work was discovered at the time of the Abbasid caliph al-Ma’mun, and partially translated into Arabic by Hasan ibn Sahl al-Nawbakhti. In his turn, Maskuyah revised and expanded the Arabic work, and also produced a Persian version. However that may be, it is his Arabic text, with the title Eternal Wisdom al-Hikmah al-khalidah, ed. A. Badawi, Cairo that Maskuyah uses as the introduction to his great work on the experience of nations, which encompasses the civilization of the Arabs, the Persians and the Indians. Lihat Henry Corbin, History of Islamic Philosophy, Translated by Liadain Sherrard with the assistance of Philip Sherrard London Kegal Paul International, hlm. Tidak ditemukan penjelesan lebih lanjut mengenai karya ini. 20 Berkenaan dengan karya ini M. Abdul Haq Ansari berpendapat, Al-Siyar was a treatise on morals, interspersed with traditions, Qur’anic texts, philosophy, and poetry. Lihat M. Abdul Haq Ansari, The Ethical Philosophy of Miskawaih, hlm. 22-23. 21 Tidak ditemukan penjelesan lebih lanjut mengenai karya Sebagaimana dikutip oleh Abdurrahman Badawi, “Miskawaih” dalam Para Filosof Muslim, hlm. 84-85. Selain masih tersedia dalam bahasa Arab, Tahdzib al-Ahkhaq telah diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris oleh Constantine K. Zurayk dengan judul The Renement of Character Beirut American University of Beirut, 1968. Sedangkan dalam bahasa Indonesia telah diterjemahkan oleh Helmi Hidayat dengan judul Menuju Kesempurnaan Akhlak Bandung, Mizan, 1994.23 A. Mustofa, Filsafat Islam, hlm. 169. Tidak ada keterangan lebih lanjut mengenai keberadaan kitab ini. Mustofa hanya berpendapat bahwa kitab ini berisi tentang obat-obatan. 24 Naskah tersedia di Istanbul dalam Raghib Majmu’ah No. 1463, lembar 57a-59a. 25 Naskah tersedia di Istanbul dalam Raghib Majmu’ah. 26 Naskah tersedia di Teheran dalam Fihrist Maktabat al-Majlis, II, No. 634. 27 Naskah tersedia di Perpustakaan Mashdad di Iran, I, No. 43. 28 Abdurrahman Badawi, “Miskawaih” dalam Para Filosof Muslim, hlm. 85. Naskah tersedia di Koprulu, Istanbul, No. 767. 29 Ibn Miskawaih, Menuju Kesempurnaan Akhlak, terj. Helmi Hidayat Bandung Mizan, 1994, hlm. 70. Tidak ada keterangan lebih lanjut mengenai keberadaan kitab ini, hanya disebutkan bahwa kitab ini berisi tentang tingkatan-tingkatan pengetahuan. 30 Karya ini tersedia dalam Miskawaih, Al-Hikmat al-Khalidah, ed. Abd al-Rahman al-Badwi, Maktabat al-Nahdat al-Misriyah, 9 Share’ Adli Basha, Qairo, 1952. Karya ini lebih komprehensif dan terkenal dibandingkan dengan Uns al-Farid dan Al-Siyar. Al-Hikmat al-Khalidah merupakan sebuah koleksi aforisme moral dan perkataan-perkataan pemikir, losof, dan agamawan dari berbagai bangsa, seperti Romans, Greeks, Arabs, and Persian. Lebih lanjut, dengan merujuk kepada Abd al-Rahman al-Badawi, M. Abdul Haq Ansari berpendapat, “It also contains the translation of Jawedan-e-Khirad, probably a Persian work, by Hasan b. Sahl d. 850 Lihat M. Abdul Haq Ansari, The Ethical Philosophy of Miskawaih, hlm. 22-23. 31 Karya ini dapat diakses dalam Miskawaih, Al-Hawamil wa’l-Shawamil, ed. Ahmad Amin and Saiyed Ahmad Saqar, Qairo, 1951. M. Abdul Haq Ansari berpendapat, “Al-Hawamil wa’l-Shawamil is another work undertaken in colloboration with Aba Haiyan al-Tawhidi. It is in the form of questions Reeksi, Vol. 19, Januari 2019 83 B. Pembahasan1. Etika, Moral, dan AkhlakPembahasan poin ini menjadi penting karena banyak orang telah mencampuradukan istilah etika, moral, dan akhlak tanpa memberikan batasan yang jelas. Oleh karena itu, perlu peninjauan ulang, baik secara etimologis maupun terminologis. Usaha ini bertujuan untuk memberikan pemahaman yang jelas mengenai arti kata, pengertian, kedalaman, dan keluasan dari ketiga kata berasal dari bahasa Yunani, yaitu ethikos, ethos adat, kebiasaan, praktik. Sebagaimana digunakan Aristoteles, istilah ini mencakup ide “karakter” dan “disposisi” kecondongan.32 Sementara itu, moral berasal dari bahasa Latin moralis—mos, moris yang artinya adat, istiadat, kebiasaan, cara, tingkah laku, Berdasarkan keterangan di atas, dapat dikatakan bahwa kata etika dan moral memiliki arti yang sama. Sedangkan dilihat dari sisi kebahasaan, K. Bertens berpendapat Tentang kata “moral” sudah kita lihat bahwa etimologinya sama dengan “etika”, sekalipun bahasa asalnya berbeda. Jika sekarang kita memandang arti kata “moral”, perlu diperhatikan bahwa kata ini bisa dipakai sebagai kata nomina kata benda atau adjektiva kata sifat. Jika kata moral dipakai sebagai kata sifat artinya sama dengan “etis” dan jika dipakai sebagai kata benda artinya sama dengan “etika” menurut arti pertama tadi, yaitu nilai-nilai dan norma-norma yang menjadi pegangan bagi seseorang atau suatu kelompok dalam mengatur tingkah Mengenai moralitas, Lorens Bagus dalam Kamus Filsafat berpendapatMoralitas Inggris morality atau sering disebut ethos’ ialah sikap manusia berkenaan dengan hukum moral yang didasarkan atas keputusan bebasnya. Sebuah tindakan yang baik secara moral ialah tindakan bebas manusia yang mengarmasikan nilai etis objektif dan yang mengarmasikan hukum moral. Buruk secara moral ialah sesuatu yang bertentangan dengan nilai etis dan hukum moral. Sumber dari seluruh kepatutan dan ketidakpatutan moral, pertama, keputusan bebas kehendak, kemudian, sikap bajik yang timbul dari keputusan bebas tersebut dan akhirnya pribadi atau subjek and answers. The questions, which are of varied interest, ranging from grammar and literature to physics, astronomy, psychology, ethics, and metaphysics, are from Abu Haiyan and their answers have been given by Miskawaih. This is a useful book in as much as it gives us the opinion of our author on so many issues. Lihat M. Abdul Haq Ansari, The Ethical …, hlm. 23. 32 Lorens Bagus, Kamus Filsafat, Jakarta Gramedia, 2005, hlm. 217. 33 Ibid., hlm. 672. 34 K. Bertens, Etika, Jakarta Gramedia, 2011, hlm. 7. 35 Lorens Bagus, Kamus Filsafat, hlm. 673. 84 Rusan Efendi Etikd dalam Islam Telaah Kritis Terhadap Pemikiran Ibn MiskawaihAdapun K. Bertens berpendapat bahwa “moralitas” dari kata sifat Latin moralis mempunyai arti yang pada dasarnya sama dengan moral,’ hanya ada nada lebih abstrak. Moralitas selalu terkait dengan suatu perbuatan, artinya segi moral suatu perbuatan baik atau buruknya. Moralitas adalah sifat moral atau keseluruhan asas dan nilai yang berkenaan dengan baik dan dengan lsafat moral, Stephen Palmquis mengibaratkannya seperti sebuah pohon. Pertanyaan-pertannyaan etis bagaikan ranting-ranting di ujung suatu cabang pohon. Sementara itu, pertanyaan-pertanyaan losos yang lebih berbobot dan menjadi dasar dari pertanyaan-pertanyaan etis, seperti pertanyaan mengenai prinsip-prinsip moral fundamental tertentu, diibaratkan sebagai salah satu cabang pohon besar yang menyangga semua ranting pertanyaan etis. Menurutnya, pada suatu masa istilah lsafat moral digunakan untuk mengacu pada cabang ini sepenuhnya termasuk ranting-rantingnya. Namun dewasa ini, diskursus mengenai prinsip-prinsip moral lebih mengacu kepada kata etika’, sedangkan ranting-rantingnya menggunakan istilah “etika terapan.”37Dengan demikian, etika dapat didenisikan sebagai reeksi kritis, metodis, dan sistematis tentang tingkah laku manusia, sejauh berkaitan dengan norma. Segi normatif ini merupakan sudut pandang yang khas bagi etika, dibandingkan dengan ilmu-ilmu lain38 yang juga membahas tingkah laku Norma-norma yang dimaksud merupakan penilaian dari sudut pandang baik dan buruk. Jadi, etika tidak berhenti pada hal-hal yang bersifat faktual dan empiris Filsafat Islam, selain menggunakan kata etika dan moral untuk menggambarkan suatu tindakan, digunakan juga kata akhlaq. Beberapa lsuf Muslim menggunakan kata akhlak untuk judul karyanya dibandingkan dengan kata etika atau Di samping berakar kata dari bahasa Arab, kata akhlak memiliki ruang lingkup yang lebih luas dibandingkan dengan kata etimologis, kata akhlak’ berasal dari bahasa Arab dalam bentuk jamak, sedang mufradnya adalah khuluq yang berarti budi pekerti, perangai, tingkah laku atau Berakar dari kata khalaqa yang artinya menciptakan. Kemudian seakar dengan kata khaliq pencipta, makhluk yang diciptakan dan khalaq penciptaan.42 Perumusan pengertian akhlak timbul sebagai media yang memungkinkan adanya hubungan baik antara khaliq dengan Namun, pada perkembangannya hubungan baik ini tidak hanya berdimensi vertikal 36 K. Bertens, Etika, hlm. Stephen Palmquis, Pohon Filsafat, terj. Muhammad Shodiq Yogyakarta Pustaka Pelajar, 2011, hlm. 291. 38 Psikologi, antropologi, sosiologi, dan K. Bertens, Etika, Tahdzib al-Akhlaq oleh Ibn Miskawaih, Akhlaq-I Nasiri oleh Nasir Al-Din Tusi, Akhlaq-I Jalali oleh Muhammad Ibn As’ad Yuniar Ilyas, Kuliah Akhlak Yogyakarta Penerbit LPPI UMY, 2007, hlm. 1. 42 Nur Hidayat, Akhlak Tasawuf Yogyakarta Penerbit Ombak, 2013, hlm. Mustofa, Akhlak Tasawuf Bandung Pustaka Setia, 1997, hlm. 11. Reeksi, Vol. 19, Januari 2019 85 antara Sang Pencipta dengan hamba-Nya, tapi memiliki dimensi horizontal, yaitu hubungan antara manusia dengan manusia, manusia dengan hewan dan manusia dengan alam. Dalam memberikan denisi kata akhlak, ada beberapa pendapat yang telah diberikan oleh para lsuf Muslim, yaitul Ibn Miskawaih “Keadaan jiwa seseorang yang mendorongnya untuk melakukan perbuatan-perbuatan tanpa melalui pertimbangan pikiran lebih dahulu.”l Imam al-Ghazali “Akhlak ialah suatu sifat yang tertanam dalam jiwa yang daripadanya timbul perbuatan-perbuatan dengan mudah, dengan tidak memerlukan pertimbangan pikiran lebih dahulu.” l Ahmad Amin “Akhlak ialah kehendak yang dibiasakan. Artinya, bahwa kehendak itu bila membiasakan sesuatu, maka kebiasaan itu dinamakan akhlak.” l Farid Ma’ruf “Kehendak jiwa manusia yang menimbulkan perbuatan dengan mudah karena kebiasaan, tanpa memerlukan pertimbangan pikiran terlebih dahulu.”l Abdullah Dirroz “Akhlak adalah suatu kekuatan dalam kehendak yang mantap, kekuatan dan kehendak mana berkombinasi membawa kecenderungan pada pemilihan pihak yang benar dalam hal akhlak yang baik atau pihak yang jahat dalam hal akhlak yang jahat.”44Dari pengertian-pengertian di atas, kata kunci yang dapat kita garisbawahi adalah spontanitas dan kebiasaan dalam tindakan. Akhlak pertama-tama merupakan kondisi jiwa manusia. Jiwa yang bersih akan menghasilkan sifat yang baik, begitupun sebaliknya, jiwa yang kotor akan menghasilkan sifat yang buruk. Sifat ini didorong oleh kehendak untuk dimanifestasikan sebagai tindakan. Dalam prosesnya, terjadi sebuah pertimbangan untuk mengaktualkan atau tidak mengaktualkannya menjadi sebuah perbuatan atau tindakan. Sebelum benar-benar dapat dikatakan sebagai akhlak, terlebih dahulu terjadi proses pembiasaan atau perbuatan tindakan yang dilakukan secara berulang-ulang, sehingga pada akhirnya perbuatan ini telah menjadi suatu kebiasaan. Pada tahap ini terdapat proses perpaduan antara unsur jiwa, sifat, dan kehendak. Oleh karena itu, bila sudah menjadi kebiasaan seseorang dapat melakukan perbuatannya tanpa memerlukan pertimbangan-pertimbangan rasio garis besar, penggunaan istilah etika, moral dan akhlak dapat digambarkan sebagai berikut. 44 Ibid., hlm 12-14. 86 Rusan Efendi Etikd dalam Islam Telaah Kritis Terhadap Pemikiran Ibn MiskawaihMoral Akhlak Etika Gambar Istilah etika, moral, dan akhlak memiliki pengertian yang seiring dengan perkembangan wacana pemikiran, istilah etika, moral, dan akhlak dapat digambarkan sebagai Akhlak Gambar Istilah moral dan akhlak memiliki pengertian yang sama sedangkan etika berbeda dengan secara etimologis, kata etika, moral, dan akhlak memiliki pengertian yang sama, meskipun berasal dari sumber yang berbeda. Namun secara istilah, ketiga kata tersebut memiliki pengertian dan keluasan yang berbeda. Dalam studi etika sudah tentu kita berbicara mengenai moral atau akhlak. Tetapi, ketika kita berbicara tentang moral atau akhlak, belum tentu kita masuk dalam diskursus etika. Selain itu, hal yang membedakan ketiganya adalah standar penilaian terhadap suatu tindakan. Etika mendasarkan penilainnya pada rasio, moral pada adat istiadat atau kebiasaan masyarakat, dan akhlak lebih merujuk pada pertimbangan kitab Tahdzib al-AkhlakPembahasan dalam poin ini merujuk kepada dua sumber utama, yaitu buku The Renement of Character dan Menuju Kesempurnaan Titik tekan dari pembahasan poin ini adalah untuk melihat pemikiran Ibn Miksawaih secara 45 Kedua buku ini merupakan terjemahan dari Tahdzib al-Akhlaq karya Ibn Miskawaih dalam bahasa Inggris dan Indonesia. The Renement of Character diterjemahkan oleh Constantine K. Zurayk dan diterbitkan oleh American University of Beirut pada tahun 1968, sedangkan Menuju Kesempurnaan Akhlak diterjemahkan oleh Helmi Hidayat dan diterbitkan oleh Mizan di Bandung pada tahun 1998. Reeksi, Vol. 19, Januari 2019 87 utuh. Selain itu, tujuan dari poin ini adalah untuk menjawab pertanyaan besar dalam penelitian ini tentang apakah Tahdzib al-Akhlaq merupakan karya moral atau Bagian Pertama Prinsip-prinsip Etika Jiwa dan Fakultas-fakultasnya, Kebaikan dan Kebahagiaan; Kebajikan dan KejahatanTubuh adalah bentuk sik yang khas dengan dirinya. Aktivitas tubuh dapat diamati oleh indra manusia secara langsung, sedangkan aktivitas dalam diri manusia tidak dapat diamati oleh indra manusia. Oleh karena itu, sesuatu yang terdapat dalam diri manusia sudah jelas bukanlah tubuh, bukan bagian dari tubuh serta tidak memiliki bentuk seperti tubuh dan benda-benda lainnya. Sampai sini, kita dapat mengatakan bahwa entitas tersebut adalah Ibn Miskawaih jiwa memiliki bentuk yang sempurna, tidak terpisah dari bentuknya yang pertama, tidak bergeser dan Hal ini tentu berbeda dengan apa yang menjadi ciri khas dari tubuh. Tubuh selalu berubah bentuk seiring dengan berjalannya waktu dan kualitasnya akan terus menyusut seperti benda-benda lainnya. Di samping itu, aktivitas jiwa terkait dengan penalaran. Semakin manusia melakukan aktivitas penalaran, maka ia akan semakin memperoleh kekuatannya berupa ketajaman jiwa yang terus menerus tanpa henti. Sementara itu, tubuh hanya dapat mengetahui pengetahuan melalui indra dan selalu memiliki kecenderungan kepadanya. Adapun jiwa mampu mengetahui sebab-sebab dari pengetahuan yang ditangkap oleh indra. Jiwa dapat melakukan abstraksi, sedangkan tubuh melakukan kontak langsung dengan sesuatu di luar dirinya. Secara singkat, tubuh berkaitan erat dengan apa yang dapat ditangkap oleh indra. Sementara itu, jiwa memiliki kecenderungan untuk menyingkap realitas ke-Tuhanan dan memilih hal-hal yang lebih mulia daripada hal-hal yang berkaitan dengan jasmani. Selain itu, jiwa berusaha menjauhkan diri dari keterikatannya dengan tubuh untuk sampai pada kenikmatan akal, yaitu kecerdasan. Perbedaan yang paling fundamental antara jiwa dan tubuh selanjutnya adalah jiwa dapat menilai dan memutuskan apa yang benar dan apa yang salah. Penilaian ini dilakukan oleh jiwa dengan kebaikan dan kejahatan, Ibn Miskawaih berpendapat The voluntary matters which pertain to man are divided into good and evils. For it is by virtue of the end for which man is created that he who keeps directing his eorts towards it until he attains it is one that should thereby be called good or happy, while he who allows himself to be hindered from it is indeed wicked and miserable. Consequently, goods are those things which man gains by the exercise of his will and his endeavor and which 46 Ibn Miskawaih, The Renement of Character…, hlm. Ibn Miskawaih, Menuju Kesempurnaan Akhlak…, hlm. Ibn Miskawaih, Menuju Kesempurnaan Akhlak…, hlm. 37-38 88 Rusan Efendi Etikd dalam Islam Telaah Kritis Terhadap Pemikiran Ibn Miskawaihpertain to the ends for which he was made and created; while evils are those which hinder him from goods, whether this hindrance is through his will and endeavor or through laziness and Persoalan-persoalan fakultatif yang berkaitan dengan manusia dapat dibagi ke dalam kebaikan dan kejahatan. Berkat tujuan diciptakannya manusia, maka ia yang memfokuskan dirinya pada tujuan tersebut hingga ia memperolehnya dengan jalan ini dapat dinamakan orang yang baik dan bahagia, sementara dia yang membiarkan dirinya dihalangi dari jalan tersebut adalah orang yang jahat dan sengsara. Dengan begitu, kebaikan adalah hal-hal yang dapat diperoleh manusia dengan melaksanakan kehendaknya dan upayanya serta berkaitan dengan tujuan diciptakannya manusia; sedangkan kejahatan adalah hal-hal yang menghalanginya dari kebaikan, apakah halangan ini berupa kehendak dan upayanya atau melalui kemalasan dan kelalaian.Selanjutnya, Ibn Miskawaih berpendapat bahwa jiwa terdiri dari tiga bagian, yaitu1. Fakultas yang berkaitan dengan reeksi, memahami, dan mempertimbangkan segala Fakultas yang berkaitan dengan amarah, keberanian, mengambil resiko dalam bahaya, hasrat ingin mendominasi, menjaga harga diri, dan berbagai macam jenis Fakultas yang berkaitan dengan keberahian, kenikmatan makan dan minum, bersenggama serta kenikmatan indrawi-indrawi lainnya. Ketiga fakultas jiwa ini berbeda satu dari yang lainnya. Hal ini dapat diketahui dari kenyataan bahwa berkembangnya salah satu dari ketiga fakultas ini akan melemahkan fakultas lainnya, dan salah satu dari mereka barangkali akan meniadakan tindakan dari yang lainnya. Mereka kadang-kadang dianggap sebagai tiga jiwa, dan kadang-kadang sebagai tiga fakultas dari satu jiwa. Fakultas berpikir disebut sebagai raja, dan organ tubuh yang digunakannya adalah otak. Fakultas nafsu disebut fakultas binatang, dan organ tubuh yang digunakannya adalah hati. Sedangkan fakultas amarah disebut fakultas binatang buas, dan organ tubuh yang digunakannya adalah jumlah fakultas dalam jiwa, Ibn Miskawaih membagi kebajikan menjadi empat bagian, yaitua. Kebajikan Pengetahuan Kebajikan pengetahuan berasal dari aktivitas jiwa rasional. Kebajikan ini dapat diperoleh ketika jiwa diarahkan untuk mencari pengetahuan yang benar, bukan yang diduga sebagai pengetahuan, tetapi sebenarnya adalah kebodohan. Ketika jiwa telah mencapai kebajikan ini, maka ia akan diiringi oleh kebajikan Ibn Miskawaih, The Renement of Character…, hlm. Ibid., hlm. 14-15. Reeksi, Vol. 19, Januari 2019 89 b. Kebajikan Sikap Sabar Kebajikan sikap sabar berasal dari aktivitas jiwa amarah. Kebajikan ini dapat diperloeh ketika jiwa ini mematuhi atau tunduk pada jiwa rasional dan tidak diwujudkan pada waktu yang tidak tepat maupun diekspresikan secara berlebihan. Pada saat jiwa ini telah mencapai kebajikannya, maka ia akan diiringi oleh kebajikan sikap Kebajikan Sikap Sederhana Sikap sederhana berasal dari aktivitas jiwa kebinatangan. Kebajikan ini akan diperoleh ketika jiwa ini dikendalikan oleh jiwa berpikir, tidak menentang apa yang diputuskannya, dan tidak menuruti hati dalam mengejar keinginannya sendiri. Ketika jiwa telah mencapai kebajikan sikap sederhana, maka ia akan diiringi oleh kebajikan Kebajikan Sikap Adil Kebajikan ini muncul saat ketiga kebajikan sebelumnya telah serasi dan saling berhubungan dengan tepat. Kebajikan sikap adil merupakan sebuah representatif kesempurnaan dan kelengkapan ketiga kebajikan sisi lain, lawan dari keempat kebajikan di atas berjumlah empat juga, yaitu kebodohan, kerakusan, pengecut, dan ketidakadilan. Keempat jenis jiwa tersebut memiliki berbagai macam turunannya. Selain itu, mereka merupakan penyakit-penyakit jiwa yang dapat menimbulkan kepedihan, contohnya adalah ketakutan, kesedihan, marah, jenis-jenis cinta dan hasrat, serta berbagai macam karakter Ibn Miskawaih menunjukkan bagian-bagian dari kebajikan sebagai berikut a. Bagian-bagian dari kearifan adalah Kecerdasan, daya ingat, rasionalitas, ketangkasan dan ketepatan dalam memahami, kejernihan dalam pikiran, serta kecakapan dalam belajar. b. Bagian-bagian dari sikap sederhana adalah kerendahan hati, ketenangan, kesabaran, dermawan, integritas, sikap puas, murah hati, berdisiplin diri, sikap yang baik, kelembutan, berwibawa, kesalehan. c. Bagian-bagian dari sikap berani adalah kebesaran jiwa, keberanian, keuletan, ketabahan, keluhuran budi, ketenangan, perkasa, dan ketahanan. d. Bagian-bagian dari kedermawanan murah hati, mementingkan orang lain, rela, senang menolong, tangan terbuka, dan Bagian-bagian dari sikap adil persahabatan, kerukunan, silaturahmi, memberi imbalan, bersikap baik, kejujuran, kebaikan hati, dan gagasan Aristoteles tentang kebajikan adalah titik tengah di antara dua ekstrem, Ibn Miskawaih berpendapat51 Ibn Miskawaih, Menuju Kesempurnaan Akhlak…, hlm. 44-45. 52 Ibn Miskawaih, The Renement of Character…, hlm. Ibid., hlm. 17-20. 90 Rusan Efendi Etikd dalam Islam Telaah Kritis Terhadap Pemikiran Ibn MiskawaihBertolak dari pernyataan bahwa setiap kebajikan merupakan titik tengah antara dua ujung, dan dalam hal ini ujung-ujung itu merupakan keburukan-keburukan. Kita dapat memahami bahwa makna kebajikan adalah titik tengah, karena letaknya di antara dua kehinaan dan pada posisi yang paling jauh dari dua kehinaan itu. Karena itu, jika kebajikan bergeser sedikit saja dari posisinya, lalu ke posisi yang lebih rendah, maka kebajikan itu mendekati salah satu kehinaan, dan menjadi berkurang nilainya menurut dekatnya ia dari kehinaan yang Selanjutnya, beberapa kebajikan yang merupakan titik tengah adalah sebagai berikut - Kearifan wisdom adalah titik tengah antara kelancangan dan kebodohan. Hal yang dimaksud kelancangan di sini adalah menggunakan fakultas berpikir untuk tindakan yang tidak baik melalui jalan yang salah. Sementara ittu, yang dimaksud dengan kebodohan adalah mengabaikan fakultas Kecerdasan adalah titik tengah antara kelicikan dan Rasionalitas adalah titik tengah antara terlalu mempertimbangkan atau memikirkan sesuatu dan tidak memikirkannya sesuatu dengan Kesederhanaan adalah titik tengah antara dua keburukan, yaitu kejangakan terlalu memperturutkan hawa nasfsu dan mengabaikan hawa Rendah hati adalah titik tengah antara dua keburukan, yaitu tidak tahu malu dan terlalu Keberanian adalah titik tengah antara dua keburukan, yaitu pengecut dan Kedermawanan adalah titik tengah dari sikap boros dan pelit atau Keadilan adalah titik tengah antara melakukan ketidakadilan dan menderita ketidakadilan. Adil adalah kebajikan yang menyebabkan keadilan bagi dirinya sendiri dan orang lain. 552. Karakter dan Perbaikannya Kesempurnaan Manusia dan MaknanyaMengenai karakter manusia, Ibn Miskawaih berpendapat Character is a state of the soul which causes it to perform its actions without thought or deliberation. This state is of two kinds. One kind is natural and originates in the temperament. The other kind is that which is acquired by habit and self-training. It may have its beginning in deliberation and thought, but then it becomes, by gradual and continued practice, an aptitude and a trait of Karakter adalah keadaan jiwa yang menyebabkan jiwa bertindak tanpa 54 Ibn Miskawaih, Menuju Kesempurnaan Akhlak, hlm. 51. 55 Ibid., hlm. Ibn Miskawaih, The Renement of Character, hlm. 29. Reeksi, Vol. 19, Januari 2019 91 dipikir dan dipertimbangkan terlebih dahulu. Keadaan ini terbagi menjadi dua jenis. Pertama, bersifat alamiah dan berasal dari watak atau perangai. Kedua, diperoleh melalui kebiasaan dan latihan. Pada awalnya, keadaan ini merupakan tindakan yang dipikirkan dan dipertimbangkan terlebih dahulu, namun melalui latihan yang dilakukan secara bertahap dan terus menerus berubah menjadi sebuah karakter.Penjelasan Ibn Miskawaih di atas didasarkan pada perbedaan pendapat para cendekiawan Sebagian dari mereka menyatakan bahwa karakter dimiliki oleh jiwa non-rasional, sedangkan sebagian lainnya menyatakan bahwa karakter dimiliki oleh jiwa rasional. Selain itu, mereka menyatakan seseorang yang memiliki karakter alami tidak akan pernah kehilangan karakternya tersebut. Sementara itu, ada juga yang menyatakan bahwa tidak ada karakter yang alami bagi manusia. Sedangkan pendapat terakhir menyatakan bahwa karakter bersifat alami, dan juga dapat berubah cepat atau lambat melalui disiplin serta nasihat-nasihat mulia. Pendapat terakhir inilah yang dijadikan rujukan oleh Ibn Kemudian, Ibn Miskawaih mengutip pendapat Galen yang berpendapat bahwa sebagian manusia secara alami baik, sebagian jahat, dan sebagian lagi berada di posisi tengah-tengah. Mengenai yang pertama, mereka berjumlah sedikit dan tidak akan pernah berubah menjadi jahat. Sedangkan yang kedua memiliki jumlah yang banyak dan juga tidak akan berubah menjadi baik. Adapun yang ketiga, manusia dapat menjadi baik dan jahat tergantung Pada akhirnya, melalui pendapat para lsuf di atas Ibn Miskawaih membuat sebuah silogisme, yaitu Premis mayor Setiap karakter dapat berubahPremis minor Yang berubah itu tidak alamiKesimpulan Tidak ada karakter yang alamiDi sisi lain, Ibn Miskawaih memasukkan syariat agama sebagai upaya dalam meluruskan karakter. Ia berpendapat, “kewajiban orangtualah untuk mendidik mereka agar menaati syariat ini, agar berbuat baik, melalui nasihat, atau dipukul kalau perlu, atau dihardik, atau diberi janji yang menyenangkan atau diancam hukuman yang menakutkan.”60 Hal tersebut tidak terlepas dari latar belakang Ibn Miskawaih yang merupakan seorang pemeluk Islam. Ibn Miskawaih membagi kesempurnaan manusia menjadi dua macam, yaitu kesempurnaan karena fakultas kognitif61 dan fakultas Jika seseorang dapat menguasai dua kesempurnaan tersebut, maka ia akan memperoleh 57 Tidak ada keterangan siapa para cendekiawan klasik yang dimaksud. 58 Ibn Miskawaih, Menuju Kesempurnaan Karakter, hlm. Ibn Miskawaih, The Renement of Character, hlm. 30-31. 60 Ibn Miskawaih, Menuju Kesempurnaan Akhlak,… hlm. 60. 61 Fakultas ini memberikan kesempurnaan ketika manusia condong pada pencarian ilmu dan pengetahuan. 62 Fakultas ini memberikan kesempurnaan dalam kesempurnaan karakter manusia. 92 Rusan Efendi Etikd dalam Islam Telaah Kritis Terhadap Pemikiran Ibn Miskawaihkebahagiaan Hal ini didasarkan pada pembagian lsafat ke dalam dua bagian, yaitu lsafat teoritis dan Pembagian lsafat ini berasal dari Pembahasan terakhir dari bagian atau wacana kedua ini terkait dengan pendidikan bagi remaja, dan khususnya bagi anak-anak. Secara eksplisit Ibn Miskawaih berpendapat, “a section on the education of the young, and of boy in particular, most of which I have copied from the work of Bryson.”66 Adapun beberapa ajaran moral yang harus diberikan adalah - Bagi laki-laki hendaknya tidak memakai pakaian yang berwarna warna-warni disertai dengan aksesoris. Pakaian tersebut lebih cocok dikenakan oleh Warna pakaian yang paling baik untuk orang terhormat adalah warna putih dan yang serupa dengan Menghafal tradisi-tradisi yang baik dan syair-syair yang bisa membuatnya terbiasa melakukan moral Jika seorang anak berbuat kesalahan, janganlah mencerca dia, tapi nasihatilah dia dengan cara yang Mendidik jiwa harus diawali dengan membentuk sikap makan yang baik. Ajarkan pada dia mengenai tujuan makan demi kesehatan dan kelangsungan hidup, bukan demi kenikmatan Jangan sampai ia memandangi gerakan tangan orang yang sedang makan 3. Kebaikan dan KebahagiaanDalam mendenisikan kebaikan dan kebahagiaan, Ibn Miskawaih dengan jelas mengakui bahwa ia merujuk kepada Aristoteles. Menurut Aristoteles dan pandangan para pemikir klasik, kebaikan merupakan tujuan segala sesuatu. Kebaikan juga merupakan tujuan terakhir. Ibn Miskawaih menambahkan dengan berpendapat bahwa sesuatu yang bermanfaat untuk mencapai tujuan tersebut dapat disebut sebagai kebaikan. Sementara itu, kebahagiaan adalah kebaikan yang berhubungan dengan pemiliknya, dan merupakan kesempurnaan baginya. Lebih lanjut, kebaikan adalah apa yang diinginkan oleh semua orang, sebuah objek yang bisa dicari atau ditemukan serta memiliki sebuah esensi. Hal ini merupakan kebaikan umum universal bagi semua orang. Sedangkan kebahagiaan adalah kebaikan yang berkaitan dengan seseorang yang bersifat 63 Kebahagiaan puncak yang dimaksud adalah kenikmatan spiritual. Namun, tidak ada penjelasan komprehensif dari Ibn Miskawaih mengenai kenikmatan ini. 64 Ibn Miskawaih, Menuju Kesempurnaan Akhlak…, hlm. 63. 65 Lihat Ali Maksum, Pengantar Filsafat Dari Masa Klasik Hingga Postmodernisme Yogyakarta Ar-Ruzz Media, 2012, hlm. 35-36. Lihat juga Jan Hendrik Raper, Pengantar Filsafat Yogyakarta Kanisius, 1996, hlm. 34. 66 Ibn Miskawaih, The Renement of Character…, hlm. 50. 67 Lebih lengkapnya lihat Ibn Miskawaih, Menuju Kesempurnaan Akhlak, hlm. 76-80. Reeksi, Vol. 19, Januari 2019 93 relatif, dan tidak memiliki esensi yang pasti. Kebahagiaan berbeda menurut orang yang Merujuk pada Aristoteles, Ibn Miskawaih membagi kebaikan menjadia. Kebaikan mulia, kebaikan terpuji, kebaikan potensial, dan kebaikan yang bermanfaat. Kebaikan mulia adalah kebaikan yang berasal dari esensinya serta orang yang mendapatkannya menjadi mulia. Itu adalah kebijaksanaan dan akal pikiran nalar. Kebaikan terpuji adalah keutamaan dan tindakan sukarela yang positif. Kebaikan potensial adalah kesiapan untuk memperoleh hal-hal yang telah disebutkan di atas. Kebaikan yang bermanfaat adalah segala sesutau yang dicari bukan untuk mereka sendiri, tapi untuk memperoleh kebaikan-kebaikan lainnya. b. Kebaikan ada yang menjadi tujuan dan bukan merupakan tujuan. Di antara mereka ada yang sempurna dan ada yang tidak sempurna. Contoh dari yang pertama adalah kebahagiaan, yang ketika kita mendapatkannya, maka tidak memerlukan sesuatu yang lain lagi sebagai tambahannya. Contoh dari yang kedua adalah kesehatan dan kekayaan, yang ketika kita telah mendapatkannya masih memerlukan yang lainnya. Kebaikan yang bukan merupakan tujuan adalah segala sesuatu yang berkaitan dengan penyembuhan, pembelajaran, dan Kebaikan yang ada di dalam jiwa, tubuh, dan di luar keduanya. d. Kebaikan yang dipilih demi kebaikan itu sendiri, ada yang merupakan saran bagi yang lain, ada yang merupakan demi keduanya, dan ada yang bukan untuk keduanya. e. Kebaikan yang benar-benar apa adanya, ada yang baik hanya ketika mendesak, atau karena kejadian tertentu yang menimpa orang-orang, hanya pada waktu tertentu, dan juga ada yang baik bagi seluruh manusia dalam segala hal dan kapan pun. f. Kebaikan pada substansinya, kuantitas, dan kualitasnya. Tuhan merupakan jenis kebaikan pertama, karena segala sesuatu mengarah kepada-Nya untuk mendapatkan kebaikan Ilahi, seperti kekekalan, keabadian, dan kesempurnaan. Kebaikan yang berkaitan dengan kuantitas adalah angka bilangan dan jumlah yang memadai. Sedangkan, kebaikan yang berkaitan dengan kualitas adalah Kebaikan yang berkaitan dengan hubungan adalah persahabatan dan otoritas. h. Kebaikan yang berkenaan dengan di mana dan kapan adalah tempat yang nyaman, waktu yang baik dan Kebaikan yang berkaitan dengan posisi adalah duduk, berbaring, dan bersandar yang Kebaikan yang berkenaan dengan kepemilikan adalah uang dan Ibn Miskawaih, The Renement of Character, hlm. 69. 94 Rusan Efendi Etikd dalam Islam Telaah Kritis Terhadap Pemikiran Ibn Miskawaihk. Kebaikan yang berkaitan dengan pengaruh adalah mendengarkan musik yang baik dan perasaan Kebaikan yang terakhir berkaitan dengan tindakan adalah efektifnya suatu perintah dan tersebarnya itu, Aristoteles membagi kebahagiaan menjadi lima bagian, yaitua. Kebahagiaan memiliki kesehatan pada tubuh dan kelembutan indrawi, seperti pendengaran, penglihatan, penciuman, perasaan dan perabaan yang baik. b. Kebahagiaan mempunyai pemilikan keberuntungan, seperti dapat menggunakan uangnya di mana pun, dapat melakukan kebaikan-kebaikan menggunakan uangnya, menolong orang-orang yang baik khususnya, dan orang-orang yang layak ditolong pada Kebahagiaan memiliki reputasi dan nama baik di antara orang-orang yang mempunyai Kebahagiaan dalam kesuksesan segala urusannya. Kebahagiaan ini diperoleh ketika ia mengerjakan sesuatu yang telah diputuskannya dan mendapatkan hasil sesuai yang ia Kebahagiaan memiliki penilaian yang cermat, pemikiran yang tepat, lurus keyakinannya, baik dalam hal agama dan bukan agama, terbebas dari kekeliruan dan kesalahan, serta mampu memberi petunjuk yang 4. KeadilanMengenai orang yang adil, Ibn Miskawaih berpendapatSeseorang baru bisa dianggap benar-benar adil kalau sudah bisa menyelaraskan seluruh fakultas, perilaku, dan kondisi dirinya sedemikian hingga yang satu tidak melebihi yang lainnya. Penyelarasan serupa ini juga dilakukannya dalam transaksi dan kehormatan, dan dilakukannya demi keutamaan keadilan itu sendiri, bukan untuk sesuatu yang lain. Dia dapat mencapai hal ini hanya apabila dirinya memiliki sikap moral tertentu, dan dari sikap moral ini dia berperilaku. Dan keadilan, karena merupakan titik tengah dari ekstrem-ekstrem, dan sikap untuk memperbaiki keberlebihan dan kekurangan, merupakan kebajikan paling sempurna dan paling dekat dengan Lebih lanjut, Ibn Miskawaih berpendapat bahwa orang yang berpegang teguh pada syariat agama dalam perbuatannya pasti adil, dan orang yang melanggarnya pasti lalim. Hal ini dikarenakan syariat agama menentukan perbuatan-perbuatan sukarela yang merupakan hasil dari kegiatan berpikir 69 Ibn Miskawaih, Menuju Kesempurnaan Akhlak, hlm. 90-91. 70 Ibn Miskawaih, The Renement of Character, hlm. 72. 71 Ibn Miskawaih, Menuju Kesempurnaan Akhlak, hlm. 115. Reeksi, Vol. 19, Januari 2019 95 dan peraturan Ilahi. Dengan tegas Ibn Miskawaih berpendapat bahwa keadilan adalah sebutan untuk orang yang berpegang teguh pada syariat Ia berpendapat, “kalau keadilan hanya bisa terwujud dalam aksi timbal-balik mengambil dan memberi, atau dalam berbagi kehormatan, maka Tuhan punya hak atas kita, lantaran kita sudah terlalu banyak memperoleh pemberian dan nikmat yang tak terhingga dari-Nya,”73 dan “meski Sang Pencipta SWT tak pernah membutuhkan pertolongan dan upaya kita, maka sangat keji dan lalim kalau kita tak melaksanakan kewajiban kita74 terhadap-Nya.”755. Cinta dan PersahabatanIbn Miskawaih berpendapat bahwa cinta dapat dibagi ke dalam empat jenis,76 yaitua. Cinta yang terjalin dengan cepat, tapi pupusnya juga cepat. Cinta ini muncul atas dasar Cinta yang terjalin dengan cepat, tapi pupusnya lambat. Cinta ini muncul atas dasar Cinta yang terjalin lambat, tapi pupusnya cepat. Cinta ini muncul atas dasar kegunaan atau manfaat. d. Cinta yang terjalin lambat, dan pupusnya lambat. Cinta ini muncul atas dasar bersatunya kenikmatan, kebaikan, dan kegunaan atau Selain jenis cinta di atas Ibn Miskawaih menambahkan satu jenis cinta lagi, yaitu cinta Ilahi. Cinta Ilahi timbul dari substansi manusia yang bersifat Ilahi. Substansi ini tidak dapat bercampur dengan unsur-unsur sik. Sebagian orang berpendapat bahwa cinta Ilahi merupakan cinta yang berupaya menyatu dengan Tuhan. Cinta Ilahi tidaklah bersifat aksidental yang akan pupus ketika penyebabnya hilang atau telah tercapai, seperti cinta atas dasar kenikmatan, kebaikan, dan manfaat atau Cinta Ilahi hanya dimiliki oleh orang yang memiliki pengetahuan tentang Tuhan. Namun banyak orang yang mengaku mengetahui dan mencintai Tuhan, padahal mereka sedang membayangkan sesuatu selain diri-Nya, mencintai, dan menyembahnya. Hal tersebut merupakan kesesatan yang paling jauh. Selanjutnya, untuk melukiskan keadaan orang 72 Ibid., hlm. Ibid, hlm. Kewajiban yang dimaksud merupakan kewajiban yang terdapat dalam ajaran agama, seperti beribadah kepada-Nya dan berbuat baik kepada sesama manusia dalam interaksi Ibn Miskawaih, Menuju Kesempurnaan Akhlak, hlm. 122. 76 Gagasan ini bukanlah murni berasal dari Ibn Miskawaih. Dalam hal ini Ibn Miskawaih merujuk pada Nicomachean Ethics. Pembahasan ini dijelaskan Aristoteles pada poin tentang “Tiga macam persahabatan” dan “Persahabatan yang sempurna dan tidak sempurna.” Lihat Aristoteles, Nicomachean Ethics, terj. Embun Kenyowati Jakarta Teraju, 2004, hlm. Ibn Miskawaih, The Renement of Character, hlm. 123-124. 78 Ibid., hlm. 126. 96 Rusan Efendi Etikd dalam Islam Telaah Kritis Terhadap Pemikiran Ibn Miskawaihseperti di atas, Ibn Miskawaih megutip Al-Quran surah ke-12 ayat ke-106 yang berbunyi “dan kebanyakan manusia tidak beriman kepada Allah, kecuali dalam keadaan mempersekutukan-Nya.”79Selanjutnya, berkenaan dengan persahabatan Ibn Miskawaih berpendapatBersahabat adalah bagian dari cinta. Hanya saja lebih khas lagi. Pada esensinya itu sendiri, ia berarti kasih sayang, dan tidak terjadi di antara orang banyak, sebagaimana halnya cinta. Adapun cinta asmara, ia merupakan keberlebihan dalam cinta, dan lebih khas daripada kasih sayang, sebab terjalin di antara dua orang saja. Cinta asmara dapat terjadi pada orang yang sedang dimabuk cinta pada kenikmatan secara berlebihan, atau kepada orang yang sedang dilanda cinta karena kebaikan. Jenis cinta pertama sangat tercela, tapi jenis kedua Ibn Miskawaih menerangkan bahwa persahabatan yang terpuji adalah persahabatan yang terjalin di kalangan orang baik, demi kebaikan, dan penyebabnya adalah kebaikan. Hal ini dikarenakan kebaikan merupakan sesuatu yang tidak berubah, maka persahabatan seperti ini akan abadi dan tidak berubah. Berbeda dengan persahabatan yang didasarkan pada kenikmatan dan Ibn Miskawaih memperlihatkan tingkah laku orang baik dan jahat dalam cinta dan persahabatan. Ia berpendapat bahwa orang baik adalah orang yang melakukan kebaikan demi esensinya, selalu melihat kebaikan dirinya ada pada orang lain dan dalam dirinya sendiri temannya adalah dirinya sendiri, dan memperlakuan kenalannya sama seperti pada kawan-kawan dekatnya, seakan berupaya membuat mereka mencapai posisi teman-teman sejati. Adapun tingkah laku orang jahat adalah orang yang menodai atau memalsukan cinta dan persahabatan, senang bermalas-malasan, tidak dapat dan mau mengetahui kebaikan, tidak bisa membedakan antara kebaikan dan kejahatan, dan menyangka baik sesuatu yang tidak Oleh karena itu, menurut Ibn Miskawaih yang juga berasal dari Socrates, dalam memilih teman hendaknya kita melakukan beberapa hal berikuta. Terlebih dahulu mempertanyakan perilaku calon teman kita saat kecil kepada orangtuanya, saudara-saudara, dan Kenali baik-baik seluruh karakternya kalau dia bergaul dengan teman-temannya. c. Setelah itu, bandingkan karakternya dengan karakter saat dia bergaul dengan saudara-saudara dan orangtuanya. 79 Ibid., hlm. Ibn Miskawaih, Menuju Kesempurnaan Akhlak, hlm. 134-135. 81 Ibid., hlm. Ibid., hlm. 144-145. Reeksi, Vol. 19, Januari 2019 97 d. Lihat apakah ia tipe orang yang selalu mensyukuri nikmatnya atau kufur terhadap nikmat. e. Lihat apakah ia peribadi yang suka bersantai atau tidak. Suka bersantai merupakan serendah-rendahnya kepribadian. f. Amati apakah ia suka emas dan Amati apakah ia suka menguasai dan Amati apakah ia suka mengolok-olok atau mengejek Ketika kita telah memiliki teman, maka kita memiliki Kewajiban Menurut Ibn Miskawaih, beberapa hal yang harus kita lakukan terhadapnya di antaranyaa. Banyak memberikan perhatian Tunaikanlah kewajiban yang kecil terhadapnya ketika ia ditimpa musibah. c. Tampillah di hadapannya dengan wajah ceria dan sikap murah Sambutlah dengan sikap manis muka bila ia datang Jangan segan-segan bersikap hormat ketika bertemu dengan Jangan merasa keberatan untuk berpenampilan Terapkan perilaku di atas terhadap orang yang diperhatikan dan dicintainya, seperti teman, anak, orangtua, dan lain-lain. h. Pujilah mereka dengan pujian yang tidak berlebihan supaya anda tidak menjilat dan membuatnya membenci Jika anda mendapatkan kebaikan, janganlah kebaikan tersebut anda miliki sendiri. j. Kalau anda tahu dia punya aib, tunjukkan dengan baik padanya bahwa anda 6. Kesehatan Jiwa Menjaga dan MemulihkannyaMenurut Ibn Miskawaih, pengobatan penyakit jiwa sama halnya dengan menyembuhkan penyakit jasmani. Pertama, dokter harus mendiagnosis terlebih dahulu penyakit apa yang terdapat di dalam tubuh. Setelah itu, dokter memberikan resep obat untuk dikonsumsi oleh si pasien. Obat ini yang akan melawan penyakit tersebut. Begitu juga dengan penyakit jiwa memerlukan diagnosis terlebih dahulu untuk menemukan obat yang sesuai dengan penyakitnya. Ibn Miskawaih berpendapat bahwa penyakit jiwa ini dapat disembukan melalui pendidikan moral. Pandangan ini lazim terdapat dalam tulisan-tulisan Muslim tentang akhlak dan kalangan kaum su.86 Berkenaan dengan perawatan jiwa, Ibn Miskawaih menganjurkan untuk melakukan hal-hal berikut merindukan ilmu-ilmu yang hakiki dan bergaul dengan 83 Ibid., hlm. 150-151. 84 Dalam buku The Renement of Character, tema ini beri judul “Our’s duties towards his friend,” sedangkan dalam buku Menuju Kesempurnaan Karakter diberi judul “Etika Berteman.”85 Penjelasan lengkapnya lihat Ibn Miskawaih, Menuju Kesempurnaan Akhlak, hlm. 152-156. 86 Ibn Miskawaih, Menuju Kesempurnaan Akhlak…, hlm. 162. 98 Rusan Efendi Etikd dalam Islam Telaah Kritis Terhadap Pemikiran Ibn Miskawaihorang-orang seperti dirinya, jangan bergaul dengan orang keji yang suka pada kenikmatan-kenikmatan buruk, suka berbuat dosa, bangga dan tenggelam dalam Selain itu, Ibn Miskawaih berpendapat, “ingatlah terus kata-kata Hasan Basri rahmatullahi alaih ini kendalikanlah jiwa kalian! Karena jiwa ingin tahu. Sering-seringlah mengkaji ulang. Karena ia cepat sekali lupa!”88 Galen berpendapat, “siapa pun adanya, kalau dia sudah terlalu cinta diri, dia tak akan pernah tahu cela yang terdapat dalam dirinya. Dia tak akan pernah meilhat, meskipun itu sangat jelas tampak!”89 Oleh karena itu, ia perlu untuk intropeksi penyakit jiwa dan penyembuhannya, Ibn Miskawaih berpendapat “Jenis-jenis penyakit jiwa adalah kebalikan dari empat kebajikan yang telah kami bahas dalam awal buku ini. Karena kebajikan itu adalah titik tengah yang pasti antara ujung-ujung dan esensi-esensi yang ada, maka kebajikan harus dicari dan didapat dengan upaya dan ketekunan. Seluruh titik lainnya yang bukan merupakan titik tengah bersifat tak pasti, tak memiliki esensi-esensi yang ada. Keberadaannya hanya lewat aksiden. Bukan lewat esensi.”90 Satu hal yang dapat kita garisbawahi dari penjelasan-penjelasan di atas adalah Ibn Miskawaih telah berhasil memadukan antara ajaran agama, tradisi kenabian, dan pemikiran yang berasal dari lsuf Yunani. Pendapat ini sesuai dengan pernyataan Zainul Kamal sebelumnya. Ia berpendapat bahwa Ibn Miskawaih adalah orang yang representatif di bidang akhlak dalam Islam. Usahanya sangat berhasil dalam melakukan harmonisasi antara pemikiran lsafat dan pemikiran 7. Telaah Kritis Poin Pertama sampai KeenamPada poin pertama, Ibn Miskawaih telah menjelaskan perihal Jiwa beserta fakultas-fakultasnya secara rinci dan sistematis. Namun, penjelasan yang diberikan kurang losos. Hal ini disebabkan karena Ibn Miskawaih tidak menjelaskan secara denitif mengenai jiwa. Selain itu, Ibn Miskawaih tidak memberikan desini losos terkait pengertian kebaikan dan kejahatan. Ibn Miskawaih pun tidak menjelaskan secara kritis apa yang dimaksud dengan “tujuan diciptakannya manusia.” Dalam konteks ini Ibn Miskawaih menunjukkan ketidakjelasan posisinya apakah ia berbicara sebagai seorang lsuf atau Ibn Miskawaih, Menuju Kesempurnaan Akhlak, hlm. Ibid., hlm. Ibid., hlm. Ibid., hlm. 173. 91 Pernyataan ini telah dikemukakan pada Bab Tiga. Sumber rujukannya adalah Ibn Miskawaih, Menuju Kesempurnaan Akhlak, hlm. 14. 92 Jika ia berbicara sebagai seorang agamawan jelas kiranya bahwa ia akan merujuk kepada kitab suci dan berpendapat bahwa tujuan diciptakannya manusia adalah untuk beribadah kepada Allah dan manusia adalah khalifah atau wakil Tuhan di dunia ini. Namun, sulit kiranya jika kita posisikan Ibn Miskawaih sebagai seorang lsuf karena dalam hal ini ia tidak memberikan penjelasan losos mengenai kebaikan, kejahatan, dan tujuan diciptakannya manusia. Reeksi, Vol. 19, Januari 2019 99 Secara keseluruhan, inti pemikiran Ibn Miskawaih pada poin pertama dapat digunakan sebagai langkah awal untuk masuk ke dalam diskursus moral maupun etika. Walaupun demikian, poin pertama belum dapat dijadikan patokan untuk menentukan apakah Tahdzib al-Akhlaq merupakan karya moral atau etika. Dengan kata lain, pada poin ini Ibn Miskawaih belum berbicara mengenai moralitas secara losos. Pembicaraan pada poin kedua lebih menitikberatkan pada seputar karakter manusia yang merupakan sebuah keadaan jiwa. Ibn Miskawaih berpendapat bahwa karakter dapat diubah dan dibentuk melalui disiplin dan pendidikan. Ia membedakan tingkatan manusia dalam memperioleh tatanan moral atau karakter. Berdasarkan isi dari poin kedua, dapat disimpulkan bahwa Ibn Miskawaih tidak banyak memberikan konsep losos seputar karakter manusia, kesempurnaan manusia, dan kebahagiaan puncak kenikmatan spiritual. Selain itu, pada akhir poin ini disajikan ajaran moral yang sebagian besar merujuk pada karya Bryson. Secara keseluruhan, pembahasan dalam wacana ini lebih bertendensi pembahasan moral daripada ketiga menjadi poin yang sangat fundamental untuk dijadikan tolak ukur apakah Tahdzib al-Akhlaq merupakan karya moral atau etika. Hal ini disebabkan tema yang dibahas pada poin ini adalah seputar kebaikan dan kebahagiaan yang menjadi inti dari pemikiran etika. Seluruh pemikiran etika selalu diawali dengan pembahasan secara mendalam mengenai apa itu kebaikan. Perihal kebaikan, hampir semua lsuf etika memiliki pengertian versi masing-masing, baik secara denitif maupun esensi. Meskipun, terjadi kontradiksi pendapat di antara mereka mengenai arti kebaikan itu sendiri. Selanjutnya, Ibn Miskawaih tidak memberikan pengertian secara mendalam khas pemikirannya mengenai kebaikan. Dalam hal ini, Ibn Miskawaih hanya merujuk pada pengertian yang diberikan oleh Aristoteles, yaitu kebaikan adalah tujuan segala sesuatu. Ibn Miskawaih hanya menambahkan dengan berpendapat bahwa sesuatu yang bermanfaat untuk mencapai tujuan dapat disebut sebagai kebaikan. Merujuk pada Aristioteles, Ibn Miskawaih menjelaskan bahwa kebaikan dan kebahagiaan dapat dibagi menjadi beberapa kategori. Secara keseluruhan, penjelasan yang terdapat pada poin ketiga disajikan cukup jelas, rinci, dan sistematis. Walaupun terdapat unsur-unsur etika di dalamnya, poin ini tidak dapat dikatakan sebagai diskursus etika secara penuh. Alasannya adalah tidak ditemukan sebuah kajian teoritis yang mendalam berkenaan dengan moral. Selain itu, konstruksi pemikiran yang tersaji bersifat samar dan tanggung’ untuk dikatakan sebuah diskursus pada poin selanjutnya adalah mengenai keadilan. Substansi dari wacana ini berkelindan dengan tema jiwa dan fakultas-fakultasnya pada poin pertama. Seyogianya, wacana keadilan merupakan pembahasan yang penting setelah wacana kebaikan dalam diskursus etika. Hal ini disebabkan karena keadilan adalah output atau tujuan dari sebuah teori etika. Keadilan ini dapat 100 Rusan Efendi Etikd dalam Islam Telaah Kritis Terhadap Pemikiran Ibn Miskawaihbersifat keadilan individu maupun keadilan sosial. Wacana keadilan dapat dijadikan sebagai salah satu faktor untuk menilai apakah sebuah karya merupakan karya etika atau moral. Walaupun, baik dalam diskursus moral maupun etika sama-sama berbicara tentang poin keempat ini, Ibn Miakwaih tidak menjelaskan tentang keadilan secara losos. Hal ini diperkuat dengan tidak adanya konstruksi pemikiran mengenai keadilan itu sendiri. Keadilan yang dikemukakan oleh Ibn Miskawaih hanya berlandaskan pada fakultas-fakultas jiwa, tanpa memnerikan penjelasan yang mendalam. Inti dari pemikiran Ibn Miskawaih pada poin ini adalah dijadikannya syariat agama sebagai pondasi dalam menghasilkan keadilan. Ia berpendapat, orang yang berpegang teguh pada syariat agama dalam hidupnya akan menghasilkan sikap yang adil. Dijadikannya syariat agama sebagai dasar dalam bertindak, menempatkan ajaran agama dan kitab suci sebagai pedomannya. Menurut analisis awam penulis, konten dari ajaran agama dan kitab suci lebih sarat dengan ajaran moral dibandingkan kosntruksi teoritis mengenai moral. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa poin ini lebih mengarahkan Tahdzib al-Akhlaq untuk disebut sebagai karya moral dibandingkan karya etika. Tema pada poin selanjutnya adalah cinta dan persahabatan. Tema ini lazim termuat secara implisit atau eksplisit baik dalam karya moral maupun etika. Pada poin ini, Ibn Miskawaih tidak memberikan penjelasan tentang kedua hal tersebut secara losos. Ia hanya membagi cinta ke dalam empat jenis yang kemudian ia tambahkan dengan satu jenis cinta lagi, yaitu cinta Ilahi. Begitupun dengan persahabatan, tidak ada pembahasan secara mendalam mengenai hal tersebut. Ia hanya menyatakan bahwa bersahabat adalah bagian dari cinta. Namun inti dari poin kelima ini adalah pemaparan tentang petunjuk dalam memilih teman dan kewajiban kepada teman. Konten dari kedua wacana tersebut lebih kental condong masuk ke dalam diskursus moral dibandingkan etika. Hal ini semakin menegaskan bahwa Tahdzib al-Akhlaq merupakan karya moral dibandingkan karya etika. Poin terakhir berbicara mengenai kesehatan jiwa dan upaya dalam menjaga serta memulihkannya. Poin ini merupakan poin yang paling jelas untuk menegaskan bahwa Tahdzib al-Akhlaq bukan merupakan karya etika melainkan karya moral. Hal ini dikarenakan susbtansi dari poin ini lebih merujuk pada ajaran susme. Wacana yang disajikan lebih dekat kepada diskursus moral dibandingkan diskursus etika. Hal ini diperkuat oleh gagasan Ibn Miskawaih yang menyatakan bahwa penyembuhan penyakit jiwa dan upaya dalam menjaga kesehatannya dapat dilakukan melalui pendidikan yang sangat kentara dari seluruh konstruksi pemikiran pada poin pertama sampai keenam adalah tidak adanya perdebatan teoritis mengenai diskursus moral maupun etika. Padahal, etika sebagai ilmu tentang moralitas biasanya memuat kritik terhadap teori sebelumnya dan berusaha menghadirkan teori baru yang lebih relevan sebagai tesis. Hal tersebut dapat dijadikan salah satu faktor dalam menilai apakah suatu karya dapat disebut sebagai karya moral atau etika. Oleh Reeksi, Vol. 19, Januari 2019 101 karena itu, dapat disimpulkan bahwa Tahdzib al-Akhlaq merupakan karya KesimpulanDitinjau secara bahasa, Tahdzib al-Akhlaq lebih cocok disebut sebagai kitab akhlak atau moral daripada etika. Hal ini nampak jelas ketika dilihat secara terminologis antara istilah etika, moral, dan akhlak yang telah diuraikan pada Bab Tiga. Sementara dari segi ruang lingkup dan kedalaman ketiga istilah tersebut, kata akhlak lebih mewakili isi dari Tahdzib al-Akhlaq. Di samping memiliki dimensi horizontal muamalah, kitab tersebut juga memiliki dimensi vertikal teologis. Hal ini tentu berbeda dengan pemikiran etika pada umumnya, terutama dalam Filsafat Barat yang cenderung bertumpu hanya pada dimensi horizontal muamalah. Bab Satu sampai Bab Enam dari Tahdzib al-Akhlaq lebih merepresentasikan pembahasan mengenai akhlak daripada etika. Hal ini sejalan dengan tujuan dari Ibn Miskawaih dalam menulis Tahdzib al-Akhlaq, yaitu untuk memperoleh karakter akhlak yang baik sehingga dapat diimplementasikan tanpa pertimbangan akal lagi. Dengan tandas dapat dikatakan bahwa Tahdzib al-Akhlaq merupakan karya moral bukan etika, meskipun terdapat konsep losos yang diambil dari pemikiran lsuf sebelumnya, terutama lsuf Yunani, yaitu Plato dan Aristoteles. Konsep losos tersebut hanya menjadi bumbu dalam pemikiran moralnya, bukan bahan menggunakan istilah sendiri penulis menyebut Tahdzib al-Akhlaq merupakan kitab “moral losos.” Istilah ini tentu berbeda dengan penyebutan terhadap kitab “lsafat moral.” Perbedaanya terletak pada penekanan kata moral. Dalam istilah “moral losos,” posisi moral lebih menonjol daripada struktur pemikiran losos. Pesan yang ingin disampaikan lebih mengedepankan sisi moral dibandingkan analasis tajam khas lsafat mengenai moral. Hal ini berbeda dengan istilah “lsafat moral” yang lebih sarat dengan pemikiran losos dalam mengkaji moral. Menurut penulis, diskurus “lsafat moral” akan sampai pada pemikiran tentang etika, sedangkan “moral losos” terbatas pada wacana tentang ini penulis menyimpulkan bahwa Ibn Miskawaih adalah seorang tokoh moral daripada tokoh etika. Hal ini senada dengan apa yang dikatakan oleh Iqbal dan Mohammed Arkoun yang menyatakan bahwa Ibn Miskawaih merupakan seorang moralias dan humanis. Pendapat ini seolah didukung oleh Oliver Leaman dengan berpendapat bahwa Ibn Miskawaih lebih banyak berbicara menngenai karakter daripada teori-teori tentang moral. Kesimpulan ini mengarmasi pendapat Fazlur Rahman sebelumnya yang menyatakan bahwa lsafat moral tidak pernah dihasilkan dalam sejarah Islam. Lebih lanjut ia berpendapat belum ada sistem etika dalam dunia Islam yang benar-benar mencirikan karakteristik etika dengan identitas ke-Islaman yang substantif. Walaupun demikian, Ibn Miskawaih telah berhasil memadukan antara pemikiran lsafat Yunani dengan ajaran dalam Islam. Ia dapat dikatakan sebagai seorang pemikir Muslim yang cerdik. 102 Rusan Efendi Etikd dalam Islam Telaah Kritis Terhadap Pemikiran Ibn MiskawaihDaftar PustakaAnsari, M. Abdul Haq. The Ethical Philosophy of Miskawaih. Aligarh The Aligarh Muslim University Press. Nicomachean Ethics, Kenyowati. Jakarta Teraju. 2004Badawi, Abdurrahman. “Miskawaih” dalam Syarif ed. Para Filosof Muslim, terj. Ahmad Muslim dan Yustino. Bandung Mizan. 1989. Bagir, Haidar. Buku Filsafat Islam. Bandung Mizan. Loren. Kamus Filsafat. Jakarta Gramedia. K. Etika. Jakarta Gramedia. Henry. History of Islamic Philosophy, Translated by Liadain Sherrard with the assistance of Philip Sherrard. London Kegal Paul Majid. Etika dalam Islam, terj. Zakiyuddin Baidhawy. Yogyakarta Pelajar. Nur. Akhlak Tasawuf. Yogyakarta Penerbit Ombak. Bakhtiar. “Nasr Al-Din Tusi” dalam Syarif ed. Para Filosof Muslim. Bandung Mizan. 1989. Husein, Fatimah. “Fazlur Rahman’s Islamic Philosophy.” Thesis. McGill University. Yuniar. Kuliah Akhlak. Yogyakarta Penerbit LPPI UMY. 2007. Maksum, Ali. Pengantar Filsafat Dari Masa Klasik Hingga Postmodernisme. Yogyakarta Ar-Ruzz Media. Ibn. The Renement of Character. Beirut American University of Beirut. 1968., Menuju Kesempurnaan Akhlak, terj. Helmi Hidayat. Bandung Mizan. 1994. Mustofa, .A. Akhlak Tasawuf. Bandung Pustaka Setia. 1997., Filsafat Islam. Bandung Pustaka Setia. Stephen. Pohon Filsafat, terj. Muhammad Shodiq. Yogyakarta Pustaka Pelajar. Jan Hendrik. Pengantar Filsafat. Yogyakarta Kanisius. kuliah umum, Filsafat Etika dari Yunani Klasih hingga Jawa pada tema Etika Yunani Klasik Eudaimonia yang disampaikan oleh Franz Magnis-Suseno, Sj di Teater Salihara. Publikasi Youtube, di channel Komunitas Salihara. Diakses pada tanggal 27 Januari 2019. Reeksi, Vol. 19, Januari 2019 125 ARTI PENTING FILSAFAT DALAM PENDIDIKAN ISLAMNuansa Falsaa TJudul Buku Filsafat dan Pendidikan dalam IslamPenulis Dr. H. M. Tauk Mandailing, Penerbit Samudera BiruCetakan I, Maret 2018Tebal 228 halaman; 16 x 24 cmBuku yang ditulis oleh Dr. H. M. Tauk Mandailing ini adalah dosen Filsafat di Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta. Buku ini menjelaskan lsafat dan hubungannnya dengan pendidikan, sehingga memiliki relevansi bagi pemerhati pendidikan, pendidik, dan tentunya mahasiswa yang mengambil program studi buku itu penulis membawa pembaca ke dalam pemahaman yang komprehensif mengenai lsafat secara garis besar dan korelasinya dengan pendidikan, khususnya lagi pendidikan dalam Islam. Secara sistematis penulis mengajak pembaca untuk terlebih dahulu memahami apa itu lsafat dan bagaimana perjalan lsafat mulai dari lahirnya hingga perkembangannya, sebelum lebih 126 Nuansa Falsaa T, Arti Penting Filsafat dalam Pendidikan Islamjauh membawa pembaca ke dalam dimensi pendidikan Islam dalam Filsafat. Dalam pendahuluannya, penulis menjelaskan beberapa poin penting mengenai sejarah lsafat, diantaranya adalah Yunani sebelum tradisi losos, mitos dan dominasinya, asal-usul lsafat, dari mitos ke logos, dan keajaiban manusia pastilah memiliki keterbatasan sehingga tidak semua persoalan kehidupan dapat terjawab dengan hanya mengandalkan akal, sebab akal manusia tidak mampu menjangkau hal-hal yang sifatnya metasis atau hal-hal yang tidak dapat dijelaskan melalui rumusan-rumusan metodologi ilmiah. Oleh karenanya, dalam melahirkan generasi muda yang cerdas secara akal, emosi dan spiritualnya maka diperlukan seorang pendidik yang memahami betul lsafat pendidikan Islam buku ini, penulis memaparkan isinya secara runtut dan jelas. Mulai dari sejarah munculnya lsafat di dunia, keilmuan dalam Islam, pergumulan lsafat dan agama di Barat, pemikiran-pemikiran yang lahir dari lsafat, kajian utama lsafat, lsafat sebagai metode, pendidikan, lsafat pendidikan, lsafat pendidikan Islam hingga titik temu lsafat dengan agama. Kata lsafat, berasal dari bahasa Yunani Kuno yaitu dari kata philos dan shopia yang berarti cinta yang sangat mendalam dan kearifan. Secara harah arti lsafat adalah cinta yang mendalam terhadap kearifan atau pendidikan Islam adalah suatu kajian secara losos yakni berpikir secara mendalam, sistematik, radikal, dan universal tentang masalah-masalah pendidikan, seperti masalah manusia anak didik, guru, kurikulum, metode, lingkungan, hakikat kemampuan manusia untuk dapat dibina dan dikembangkan serta dibimbing menjadi manusia Muslim yang seluruh pribadinya dijiwai oleh ajaran Islam, serta mengapa manusia harus dibina menjadi hamba Allah yang berkepribadian demikian yang didasarkan pada Al-Qur’an dan hadis sebagai sumber primer, dan pendapat para ahli khususnya para losof Muslim, sebagai sumber pendidikan Islam merupakan pengetahuan yang memperbincangkan masalah-masalah pendidikan Islam. Ruang lingkup lsafat pendidikan diantaranya adalah hakikat pendidik dan anak didik, hakikat materi pendidikan dan metode penyampaiannya, hakikat tujuan pendidikan dan alat-alat pendidikan yang dipergunakan untuk mencapai tujuannya, hakikat meodel-model pendidikan, hakikat lembaga formal dan non-formal dalam pendidikan, hakikat sistem pendidikan, hakikat evaluasi pendidikan, dan hakikat hasil-hasil buku ini, penulis menjelasakan beberapa peranan lsafat pendidikan yang diantaranya adalah 1membantu para perancang dan pelaksana pendidikan; 2memberi dasar bagi pengkajian pendidikan secara umum dan khusus; 3 menjadi dasar penilaian pendidikan secara menyeluruh; 4memberi sandaran intelektual, bimbingan bagi pelaksana pendidikan untuk menghadapi tantangan yang muncul dan jawaban dari setiap permasalahan yang timbul dalam pendidikan; 5memberikan pendalaman pemikiran tentang pendidikan Reeksi, Vol. 19, Januari 2019 127 dan hubungannya dengan faktor-faktor spiritual, kebudayaan, sosial, ekonomi, politik, dan berbagai kehidupan lsafat pendidikan dalam Islam dan Pendidikan Islam adalah sebagai alat atau sarana untuk memahami dan untuk menyelesaikan permasalahan pendidikan Islam dengan mendasarkan atas keterkaitan hubungan antara teori dan praktik pendidikan. Karena pendidikan akan mampu berkembang bila benar-benar terlibat dalam dinamika kehidupan menjadikan manusia berkembang dan mempunyai pandangan hidup yang menyeluruh dan sistematis. Pandangan itu kemudian dituangkan dalam sistem pendidikan untuk mengarahkan tujuan pendidikan yang kemudian akan dituangkan ke dalam bentuk kurikulum. Dengan kurikulum itulah sistem pengajaran dapat terarah dan mempermudah para pendidik dalam menyusun pengajaran yang akan diberikan kepada peserta didik. Melalui proses ini, manusia menugaskan pikirannya untuk bekerja seseuai dengan aturan-aturan dan hukum yang ada, berusaha menyerap semua yang berasal dari dalam atau luar antara lsafat dan lsafat pendidikan sangat penting sebab ia menjadi dasar, arah, dan pedoman suatu sistem pendidikan. Pandangan lsafat pendidikan sama peranannya dengan lansadan losos yang menjiwai seluruh kebijaksanaan dalam pelaksabaab pendidikan. Antara lsafat dan pendidikan terdapat kaitan yang sangat erat. Filsafat mencoba merumuskan citra tentang manusia dan masyarakat, sedangkan pendidikan berusaha mewujudkan citra dan pendidikan dalam Islam terdiri dari apa yang diyakini seseorang mengenai teori-teori tentangnya yang merupakan kumpulan dari prinsip yang membimbing tindakan profesional seseorang. Lebih jauh lagi, lsafat pendidikan berkaitan dengan penetapan hakikat dari tujuan, alat pendidikan, dan menerjemahkan prinsip-prinsip ini dalam kebijakan-kebijakan untuk mengimplementasikan. Maka dengan memahami lsafat dan pendidikan Islam, maka pelaksanaan pendidikan akan lebih efektif dan esien, lebih mengarah kepada sasaran yang akan di capai, sehingga mempercepat tercapainya tujuan yang mudah dipahami dan tampilan sampul buku yang menarik merupakan beberapa kelebihan dari buku ini. Selain mudah dipahami bahasanya, penjelasan runtut yang diuraikan oleh penulis pun menjadi daya tarik tersendiri untuk buku ini. Bagi orang awam, lsafat mungkin dinilai sebagai salah satu cabang ilmu yang sulit dipahami. Namun dengan keterampilannya, penulis dapat mengupas mulai dari lsafat itu sendiri hingga lsafat dan pendidikan dalam Islam secara jelas dan rinci dengan bahasa yang sederhana sehingga mudah dipahami oleh berbagai kalangan masyarakat. Sistematik yang runtut dan bahasanya yang mudah dimengerti menjadikan buku ini layak untuk dijadikan rujukan dan model bagi pembaca yang ingin menganalisis lsafat dan pendidikan Islam. Buku ini bermanfaat bagi mahasiswa khususnya, pemerhati dunia pendidikan dan semua pihak yang respek dengan dunia pendidikan. TATA CARA PENULISAN ARTIKEL/RESENSI1. Artikel atau resensi belum pernah dipublikasikan/diterbitkan dalam sebuah jurnalatau sebuah Jumlah halaman artikel tidak lebih dari 20 halaman kwarto dengan spasi gandadan jenis font times new arabic berukuran 12 Artikel dilengkapi dengan Jumlah halaman resensi antara lima sampai delapan halaman kwarto spasi gandadan jenis font times new arabic berukuran 12 Teknik penulisan mengikuti aturan sebagai berikuta. BukuContoh Margaret Chatterjee, The Existentialist Outlook, New DelhiOrient Longman Ltd., 1973, hlm. Buku terjemahanContoh Ali Shariati, Tugas Cendekiawan Muslim, terj. M. Amien RaisYogyakarta, Shalahuddin Press, 1982, hlm. Artikel dalam satu buku atau ensiklopediaContoh Fedwa Malti-Douglas, “Mohammed Arkoun”, dalam John L. Espositoed., The Oxford Encyclopedia of the Modern Islamic World, Vol. IOxford University Press, 1995, hlm. Artikel dalam sebuah jurnal atau majalahContoh Muzairi, “Pokok-pokok Pikiran Manifesto Humanisme”, RefleksiI, 1 2001, hlm. Artikel dalam surat kabarContoh Mun’im A. Sirry, “Komitmen Publik terhadap Demokrasi”,Republika, 2 Juni 2001, hlm. Kitab SuciContoh al-Baqarah 2 20. Nur Zaidi SalimMaragustam SiregarMufrod Teguh MulyoCharacter education is an urgent education because considering the moral crisis that occurs on all fronts in the era of globalization, in addition, the impact caused by this era of globalization and information has positive and negative impacts, such as in Indonesia, which is currently experiencing a crisis and lacks figures who can be used as an example, because many public figures are now committing crimes such as corruption, collusion, prostitution, and so on. Ibn Miskawaih is one of the prominent Islamic philosophers who touched the concept of character education which is famous in his book Tahzib al-akhlak wa tathir al-a'raf. This study aims to describe and analyze 1 the concept of Ibn Miskawaih's character education 2 the reconstruction of character education in the global era Ibn Miskawaih's concept analysis. This research is library research that refers to primary literature including the book of Tahdzibul Akhlaq Ibnu Miskawaih, secondary library books, relevant books, journals, and documents. This study uses a qualitative approach in addition, objective and pragmatic, with the method of content analysis. Drawing conclusions using the deductive method. The results showed that The concept of Ibn Miskawaih's character is, namely The Golden The Doctrine of The Mean. He stated that human character is built on four foundations, namely self-restraint, courage, wisdom, and justice. Viewing education as a means of inculcating noble character, humanizing humans, socializing individuals, and inculcating shame, must be reconstructed in the current global era so that it can be used as human nature or the result of exercises in order to make a good KhairiansyahMisridahMolothen Mawlid al-Nabi for the people of Madura is a profoundly ingrained local culture and wisdom. Apart from being full of religious values, this tradition also has character education values. This study aims to determine the values of character education in the Molothen tradition and how this shapes the millennial Madurese community's character. This article is a case study research using a qualitative approach. Data were collected using observation, interview, and documentation techniques. The results showed that the Madurese one generation performed the Molothen tradition to another. The character values contained in the Molothen tradition are religion, discipline, independence, responsibility, and cooperation/solidarity. These character values can then shape the personality of the millennial Madurese community to become virtuous. Fatimah HuseinThis study examines Fazlur Rahman's understanding of Islamic philosophy by analyzing his attitude towards the works of Muslim philosophers and his belief in the value of the Qur'an's precepts. It pays specific attention to the relationship between his understanding of philosophy and his method of interpreting the Qur'an, since in Rahman's understanding, this method is the only means to satisfy the changing needs of society. It explores Rahman's definition of Islamic philosophy, which is strongly characterized by three religious terms, iman, islam, and taqwa. The thesis furthermore looks at the reasons why Rahman borrowed certain philosophical expressions of the Muslim philosophers in his works when, at first glance, their doctrines contradict Rahman's own position. Special attention is paid to his book Major Themes of the Qur'an, wherein Rahman discusses human existence and his final destiny through his interpretation of the Qur'an. The thesis concludes that Rahman's Islamic philosophy is a moral one, which is practically oriented and based on his understanding of the Qur' P Asper John M NeffAnnual Reports, Board of Managers, Syrian Protestant College, 1866-7/1901-2 256 pp., photographs, Beirut, Kesempurnaan Akhlak…, hlmIbn MiskawaihIbn Miskawaih, Menuju Kesempurnaan Akhlak…, hlm. Refinement of Character…Ibn MiskawaihIbn Miskawaih, The Refinement of Character…, hlm. dalam Islam, terj. Zakiyuddin Baidhawy. Yogyakarta PelajarMajid FakhryFakhry, Majid. Etika dalam Islam, terj. Zakiyuddin Baidhawy. Yogyakarta Pelajar. Penerbit OmbakNur HidayatTasawufHidayat, Nur. Akhlak Tasawuf. Yogyakarta Penerbit Ombak. Penerbit LPPI UMYYuniar Kuliah IlyasAkhlakIlyas, Yuniar. Kuliah Akhlak. Yogyakarta Penerbit LPPI UMY. 2007. Maksum, Ali. Pengantar Filsafat Dari Masa Klasik Hingga Postmodernisme. Yogyakarta Ar-Ruzz Media. Pustaka Setia. 1997. , Filsafat Islam. Bandung Pustaka Setia. A MustofaAkhlak TasawufMustofa,.A. Akhlak Tasawuf. Bandung Pustaka Setia. 1997. , Filsafat Islam. Bandung Pustaka Setia. 1997.
Pengertian Contoh Perbuatan Baik dan Tidak Baik Buruk – KITA sering mendenga kata “baik”, “orang baik”, “berbuat baik”, atau “kebaikan”. Apa makna, arti, definisi, maksud, atau pengertian kebaikan yang sebenarnya dalam Islam? Secara bahasa Indonesia, menurut KBBI, baik artinya elok; patut; teratur apik, rapi, tidak ada celanya, dsb mujur; beruntung; berguna; manjur; sembuh; pulih; selamat tidak kurang suatu apa. Kebaikan artinya sifat baik; perbuatan baik, kegunaan; dan sifat manusia yang dianggap baik menurut sistem norma dan pandangan umum yang kebaikan menurut Islam? Rasulullah Saw sebuah haditnya menegaskan “Kebaikan adalah akhlak yang baik, sedangkan dosa adalah apa saja yang meragukan jiwamu dan kamu tidak suka memperlihatkannya pada orang lain.” HR. Muslim “Mintalah fatwa kepada hatimu. Kebaikan adalah apa saja yang menenangkan hati dan jiwamu. Sedangkan dosa adalah apa yang menyebabkan hati bimbang dan cemas meski banyak orang mengatakan bahwa hal tersebut merupakan kebaikan.” HR. Ahmad, Thabrani, dan Al Baihaqi. Manusia adalah makhluk sosial yang memerlukan interaksi dengan tidak sedikit orang guna memenuhi keperluan hidupnya. Tanpa pertolongan orang lain, maka insan akan menemui kendala untuk menjalani hidup sebab harus meluangkan semua kebutuhannya sendiri. Dalam kehidupan anda sehari-hari dapat kita temui sekian banyak perilaku atau perbuatan insan yang satu untuk manusia yang lain. Ada yang baik dan terdapat pula yang buruk. Perbuatan terpuji ialah perbuatan yang baik dilaksanakan seseorang untuk orang lain sebab memberikan akibat yang positif untuk orang lain, sampai-sampai patut dicontoh dan dilaksanakan pada sehari-hari kita. Sedangkan tindakan yang tidak terpuji ialah perbuatan yang tidak baik anda lakukan untuk orang lain sebab memberikan efek yang negatif untuk orang lain, sehingga paling tidak pantas untuk ditiru dan diaplikasikan dalam kehidupan anda sehari-hari. Contoh Perbuatan BaikPengertian Tidak Baik / BurukContoh Perbuatan tidak Baik / Buruk Memberikan toleransi kepada orang yang berbeda agama untuk beribadah Menyisihkan dan memberikan sedikit harta atau uang yang dimiliki untuk disumbangkan kepada pihak yang membutuhkan Bergotong royong dan tegur sapa dengan tetangga sekitar rumah Menghormati seseorang yang berusia di atas kita Berjuang untuk kemakmuran dan kesejahteraan umat Islam Tidak berkata Kasar Tidak mencuri Membantu orang tua Pengertian Tidak Baik / Buruk Adalah sebuah perbuatan yang merugikan diri sendiri dan orang lain. Dalam perilaku kehidupan insan selalu ada dua sisi yang berlawanan, yakni perilaku baik dan perilaku buruk. Seseorang disebutkan melakukan tindakan baik, bilamana tindakan yang dilaksanakan sesuai dengan tata nilai yang dianut oleh kumpulan masyarakat dimana ia berada. Demikian sebaliknya, seseorang disebutkan melakukan tindakan buruk bilamana tindakannya tidak cocok dengan nilai dan pandangan masyarakat yang bersangkutan. Pandangan mengenai nilai yang ada dalam masyarakat beraneka aneka dan tata nilai itu menjadi norma atau patokan berperilaku untuk setiap pribadi atau kelompok. Patokan perilaku untuk setiap pribadi dalam masyarakat ialah berupa norma kesopanan, norma hukum, norma susila, dan norma agama. Dalam kehidupan masyarakat yang paling memegang teguh tata nilai agama, tidak jarang kali mengukur tindakan baik atau buruk dari aspek nilai agama yang dianutnya. Untuk masyarakat yang beragama Islam barangkali akan tidak jarang kali mengukur suatu tindakan menurut nilai-nilai agama Islam. Namun dalam sebuah komunitas sosial tidak semua pribadi dalam masyarakat mempunyai akidah yang sama. Di dalam masyarakat tidak jarang kali terdapat kebiasaan sebagai unsur yang tidak terpisahkan dari manusia. Perspektif kebiasaan melahirkan nilai yang menurut tradisi, dan kelaziman tradisi terbangun menurut pola-pola hubungan antara individu. Sehingga patokan terhadap tindakan baik dan buruk bercampur antara norma sosial dan norma agama. Allah SWT. menciptakan insan sebagai khalifah di muka bumi untuk menata dan memakmurkan apa yang terdapat di bumi, itulah keunggulan manusia bila dikomparasikan dengan makhluk yang lainnya, yakni Ia dibuat dengan sebaik-baik format bila dikomparasikan dengan makhluk yang lainnya, adapun keunggulan manusia ialah Ia diserahkan akal fikiran yang dipergunakan untuk memisahkan mana tindakan yang baik dan mana tindakan yang buruk, sekaligus dengan akal, insan dapat menaklukkan apa yang terdapat di bumi . Kalau ditinjau dari segi doktrin agama, tidak sedikit sekali ayat-ayat Al-qur’an maupun hadits yang menjelaskan tentang guna akal insan akan namun pendapat akal sangatlah terbatas ketimbang dengan wahyu, bukankah Allah SWT. memberikan insan ilmu tetapi sedikit, walaupun demikian Allah SWT. menantang insan lewat wahyu bagaimana supaya insan memanfaatkan akalnya supaya ia dapat untuk berinteraksi baik di awang maupun di bumi. Namun yang dikehendaki oleh Islam ialah pemakaian akal yang berbasis wahyu atau yang berdimensi Al-Qur’an dan sunnah Rasul berupa ijtihad . Tapi sungguh bertolak belakang dengan apa yang telah dikatakan oleh doktrin agama, dimana manusia malah sebaliknya, yakni ada beberapa faham yang paling mendewakan pendapat akalnya bila dikomparasikan wahyu, sudah terbukti dengan munculnya sekian banyak aliran-aliran teologi Islam dengan sekian banyak macam pendapat, laksana Mu’tazilah, Qadariyah, Jabariyah, Ahlussunnah wal jama’ah dan lain-lain Contoh Perbuatan tidak Baik / Buruk Mencuri uang milik orang lain Ikut serta dalam tawuran pelajar atau tawuran warga Berbohong dan menipu orang lain Membuang sampah sembarangan Ugal-ugalan di jalan raya melanggar peraturan lalu lintas
Semua gambarFotosIlustrasiVektorVideoMusikEfek suaraGIFPenggunaOpsi PencarianMediaFotosIlustrasiVektorVideoMusikEfek suaraGIFMenemukanPilihan editorKoleksi TerkurasiGambar PopulerVideo PopulerMusik PopulerPencarian PopulerKomunitasKreatorForumBlogKameraTentangTentang KamiFAQRingkasan LisensiSyarat-syarat servisPrivasiKebijakan CookieAPIČeštinaDanskDeutschEnglishEspañolFrançaisIndonesiaItalianoMagyarNederlandsNorskPolskiPortuguêsRomânăSlovenčinaSuomiSvenskaTürkçeViệtไทยБългарскиРусскийΕλληνική日本語한국어简体中文Semua gambarFotosIlustrasiVektorVideoGIFMusikEfek suaraSemuaDatarTegakLebih besar darixLatar belakang transparanHitam dan putihSemua< 24 jam< 72 jam< 7 hari< 6 bulan< 12 bulanSafeSearchTerkiniPilihan editorSedang trenPaling relevan memperbaiki peralatan buatan sendiri baik pria industri kerja keahlian konstruksi putihGambar tajaan iStock LIMITED DEAL 20% off with PIXABAY20 couponSee more on iStock Gambar-gambar bebas royaltiperalatan membangunrusia borscht sup kayasanghaseluler teleponbingung keputusan priasikat minyak kayu catmalaikat sayap buluanak panah membuatpenggiling peralatangalangan kapalbunga background bungamerah anggurcoklat susu coklatpembangun kontraktorkuku kepala datarberdarah relatap kuku pakustop remaja bunuh diripembangun kontraktorDonasi Membuat Saya Te... hati cintamemeriksa daftar periksakarakter utama pahlawankuku kepala datarteknologi mesin motormangkuk kue keju rotibengkel instrumen kayupapan sekolah mimpitukang las pengelasanmerah anggurmerah anggur mastiffpembangun kontraktorpemusik halo busurroda gigi gigi rodakuas cat warna melukisimp musim dinginpeniti pin merah jarumlego super kompor bosmalaikat sayap bulupengelasan blue collarcokelat coklat organikbantalan tomat jarumlego legomaennchen priapemusik halo busurbunga-bungatelur gulungpemusik halo busurmemeriksa daftar periksabelanja pembeliantjena dapurtoner tekstur kayujarum jahit benangmerah anggur mastiffgulma gangga ganja ugpintu gerbang lengkunganmerah anggur mastiffkucing hewan tampanjarum benangpemusik halo busurapple iphone 11 probunga dandelion senimengedit memperbaikimerah anggur mastiffanjing kepala alambelanja pembelianpekerja pembuatan kerjahati cinta senimengukur peralatanmerah anggur 4khari natal pohon cemarapemusik halo busurmerah anggur mastiffinsinyur pekerjaroofers kukumerah anggurmenunjuk jari telunjukalatamd cpu prosesormenari pasangan menaripercikan api bekerjakuku tekstur kayuseluler teleponmalaikat sayap bulupekerja baja industrimerah anggur mastiffplaner papan kayuindustri tangan mencurimengukur skalamerah anggur anjingbunga-bungamerah anggur mastifftangan industri pekerjagajah porselentangan keahlian pekerjabunga-bungadermaga memperbaikistop remaja bunuh diribelanja pembeliantangan perusahaankeranjang abad negara1-100 dari 195 gambar-gambar Laman Selanjutnya / 2Gambar tajaan iStock LIMITED DEAL 20% off with PIXABAY20 couponSee more on iStock
Bahan Ajar PAR 19 Juni 2016 Tema “Mengikut Yesus Keputusanku” Kisah Rasul 91-19 Tujuan - Sebagai pengikut Kristus anak-anak mau meninggalkan atau menjauhi hal-hal buruk. - Anak-anak tahu bahwa banyak tantangan yang dihadapi orang-orang yang taat dan mengikuti perintah Tuhan bahan ajar lengkap alat peraga dan aktivitas dalam bentuk pdf download di Bahan Ajar PAR 19 Juni 2016 atau di Bahan Alkitab Bacaan Alkitab hari ini mengisahkan pertobatan Saulus di jalan menuju Damsyik. Jelas terlihat bahwa pertobatannya terjadi di jalan dan bukan kemudian di rumah Yudas Kis 911 nampak dari ayat-ayat berikutPaulus menaati perintah Kristus ayat 6; bandingkan juga Kis. 2210; 2615-19, menyerahkan dirinya untuk menjadi "pelayan ... dan saksi" Injil Kis 2616 serta utusan Injil kepada orang-orang bukan Yahudi Kis 2617-19 dan bertekun dalam doa ayat Kis 911.Paulus disebut "Saulus saudaraku" oleh Ananias ayat 17. Ananias sudah menganggap Paulus sebagai orang yang sudah mengalami kelahiran baru, diserahkan kepada Kristus serta misi Allah dan hanya perlu dibaptiskan, memperoleh kembali penglihatannya, dan dipenuhi dengan Roh Kudus ayat 17-18. Setelah berjumpa dengan Yesus dan menerima Dia sebagai Tuhan dan Mesias, Paulus berpuasa dan berdoa memohon bimbingan dengan sikap penyerahan yang sepenuh hati kepada Allah. Iman yang menyelamatkan dan kelahiran baru sesudah itu akan selalu mengakibatkan orang percaya mencari persekutuan dengan Tuhan dan Juruselamat baru mereka. Pertobatan dan keselamatan Paulus bukan saja berarti amanat untuk menyampaikan Injil, namun juga suatu panggilan untuk menderita bagi Kristus. Sejak awal Paulus diberitahukan bahwa dia harus mengalami banyak penderitaan demi Kristus. Dalam kerajaan Kristus, menderita karena nama-Nya. Tiga hari setelah pertobatannya, Paulus dipenuhi dengan Roh Kudus. Pengalaman Paulus adalah sama dengan para murid pada hari Pentakosta Pertama, dia mengalami kelahiran baru dan diselamatkan kemudian dia "dipenuhi dengan Roh Kudus." Sekalipun dalam Kisah Rasul, penulis tidak menyebut secara khusus bahwa Paulus berkata-kata dengan bahasa roh ketika ia menerima karunia itu, namun Paulus sendiri menyaksikan bahwa ia sering berkata-kata dengan bahasa roh bnd. 1Kor 1418. Yang dapat ditarik dari kisah ini adalah bagaimana pertobatan Saulus tidak hanya berhenti saat bertobat tapi dilanjutkan dengan penyerahan diri untuk dibaptis dan kemudian dipakai oleh Tuhan. Penyerahan diri itu juga berarti siap menerima berbagai resiko karena imannya kepada Yesus Kristus. Sebuah pertobatan harusnya berarti juga berani menempatklan diri dalam keadaan yang tidak nyaman karena harus siap melawan berbagai keinginan daging yang menggoda. Anak-anak diajarkan tentang bagaimana menjadi pengikut Kristus berarti berhenti melakukan hal-hal yang buruk dan berani berjanji untuk tidak akan lagi melakukan hal-hal yang buruk yang akan selalu menggoda diri mereka. Ini merupakan pertobatan yang sempurna sebagaimana Saulus bertobat dan berbalik kepada Allah, walaupun ia tahu bahwa ia akan menderita karena nama Kelas Kecil Tunjukkan satu per satu gambar perbuatan yang jahat / tidak baik Apa yang dilakukan anak ini? Apakah perbuatan ini baik atau tidak? Siapa yang pernah melakukan perbuatan seperti pada gambar ini? Hari ini kita akan mendengar cerita tentang seorang yang suka berbuat jahat terhadap orang lain. Nama orang itu ialah Saulus. Saulus ini suka sekali menangkap dan memenjarakan orang-orang Kristen, ia sangat benci kepada mereka sehingga ia selalu berusaha mengejar orang-orang Kristen itu kemana saja mereka pergi. Pada suatu hari, Saulus pergi mencari orang-orang Kristen di suatu kota bernama Damsyik, ia mendengar kalau disana banyak orang Kristen. Kemudian ia pun pergi ke Damsyik dengan teman-temannya untuk menangkap orang Kristen disana. Dalam perjalanannya, ketika sudah dekat kota Damsyik, tiba-tiba ada cahaya seperti matahari, yang sangat terang dari langit yang membuat ia tidak bisa melihat, sehingga ia jatuh ke tanah. Kemudian ada suara yang ia dengar berkata, "Saulus, Saulus, mengapakah engkau menganiaya Aku?" mendengar itu, Saulus bertanya, "Siapakah Engkau, Tuhan?", lalu suara itu menjawab, "Akulah Yesus yang kauaniaya itu.” oh, rupanya Tuhan Yesus yang berbicara kepadanya. Kemudian Tuhan Yesus menyuruhnya pergi ke kota. Tapi saat ia bangun untuk berjalan, Saulus sadar kalau ia tidak bisa melihat lagi. Jadi ia meminta teman-temannya untuk mengantar dia ke tempat yang Tuhan suruh, yaitu ke rumah seorang bapak bernama Yudas. Kemudian Tuhan menyuruh seorang bapak bernama Ananias untuk pergi menemui Saulus dan berdoa untuknya. Namun bapak Ananias ini pernah dengar kalau Saulus ini jahat dan suka menangkap orang-orang Kristen, jadi ia bertanya kepada Tuhan, mengapa ia harus menemui orang ini, tapi Tuhan menjawab bahwa Saulus telah bertobat dan akan dipakai oleh Tuhan untuk melakukan hal-hal yang baik bagi Tuhan. Karena itu bapak Ananias pergi menemui Saulus, kemudian berdoa untuknya dan menumpangkan tangan ditasnya sehingga mata Saulus dapat melihat kembali. Demikianlah Salus yang dulu biasa berbuat jahat kemudian bertobat dan tidak lagi melakukan hal yang jahat. Paulus bahkan selalu melakukan hal yang baik yang Tuhan perintahkan, walaupun banyak teman-teman yang dulu biasa melakukan kejahatan bersama Saulus kemudian memusuhi Saulus, namun ia tetap berbuat baik dan tidak membenci teman-temannya itu. Tuhan Yesus juga meminta adik-adik yang mau mengikuti Tuhan tidak boleh lagi melakukan hal-hal yang jahat atau merugikan teman, melainkan tetap melakukan hal yang baik. Tunjukkan satu per satu gambar perbuatan baik Apa yang dilakukan anak ini? Apakah perbuatannya baik atau tidak? Apakah Tuhan suka anak-anak yang berbuat baik? Siapa yang mau berbuat baik?Cerita Kelas Besar Adik-adik pernah membuat kue, atau pernah melihat mama membuat kue? Bagaimana caranya? Sebelum menjadi kue yang enak, semua bahan yang biasanya belum ada rasa bahkan yang rasanya tidak enak itu harus diolah dulu, ada yang dipotong-potong, diaduk-aduk bahkan ada yang dibanting-banting, kemudian dibentuk dan sebelum dihidangkan harus dibakar atau digoreng dahulu di dalam minyak panas. Wah kasihan ya bahan kuenya... tapi memang harus demikian untuk menjadi sesuatu yang baik, semuanya harus diolah dahulu. Hari ini kita akan mendengar cerita tentang seorang yang jahat yang kemudian menjadi baik, yaitu seorang yang bernama Saulus. Saulus ini adalah seorang yang sangat benci kepada jemaat Kristen mula-mula. Karena begitu bencinya ia selalu berusaha menangkap dan memenjarakan mereka. Saat ia mendengar ada banyak pengikut Tuhan Yesus di kota Damsyik, Ia meminta surat kuasa dari para pemimpin agama Yahudi agar ia boleh menangkap dan menghukum orang-orang Kristen di kota itu. Setelah mendapat surat itu, iapun pergi ke kota Damsyik yang jaraknya dari Yerusalem lebih dari 200 km, bersama beberapa orang. Kira-kira makan waktu berapa hari kalau berjalan kaki? Kemampuan normal berjalan 15-20 km/hari. Ketika sudah dekat dengan Yerusalem, tiba-tiba ada cahaya yang sangat terang dari langit membuat Saulus dan teman-temannya silau dan merekapun rebah ke tanah. Kemudian mereka mendengar suara yang berkata, "Saulus, Saulus, mengapakah engkau menganiaya Aku?" mendengar itu, Saulus bertanya, "Siapakah Engkau, Tuhan?", lalu suara itu menjawab, "Akulah Yesus yang kauaniaya itu.” Mendengar itu, Saulus menjadi percaya kepada Tuhan Yesus sehingga ia bersedia mengikuti perintahNya untuk pergi ke kota. Tapi saat ia bangun untuk berjalan, Saulus sadar kalau ia tidak bisa melihat sehingga ia meminta teman-temannya untuk mengantar dia ke dalam kota Damsyik ke tempat yang Tuhan suruh, yaitu ke rumah Yudas yang berada di sebuah jalan bernama Jalan Lurus. tunjukkan peta jika ada Ada yang tahu dimana kota Damsyik? Sekarang dikenal dengan nama Damaskus, ibukota Suriah. Dan Jalan Lurus? Jalan itu juga masih ada sampai sekarang. gambar Setelah berada di Damsyik, Saulus berpuasa selama 3 hari, kemudian Tuhan berfirman kepada Ananias, yaitu seorang murid Tuhan di Damsyik, untuk menemui Saulus dan berdoa untuknya. Ananias yang sudah pernah mendengar tentang Saulus sebenarnya takut sebab ia tahu kalau Saulus berencana untuk menangkap orang-orang Kristen di Damsyik, namun Tuhan berfirman bahwa Saulus sudah bertobat dan akan dipakai Tuhan untuk memberitakan nama Tuhan kepada bangsa-bangsa lain selain orang Yahudi. Ananias mengikuti perintah Tuhan dan menemui Saulus, sehingga setelah Ananias berdoa dan menumpangkan tangan ke atas Saulus, ia menjadi sembuh dan dapat melihat kembali. Kalau adik-adik baca kisah selanjutnya dari Saulus ini, ia akan menjadi pengikut Tuhan yang sangat setia bahkan rela dihukum demi nama Yesus. Saulus bersedia menderita saat ia mulai menerima Yesus, tentu saja ia akan dibenci oleh teman-temannya yang selama ini bersama dia menangkap orang-orang Kristen. Apalagi kalau para imam kepala tahu bahwa ia sudah berbalik dari seorang yang biasa menangkap dan menyiksa pengikut Kristus kini berubah menjadi orang yang memenangkan jiwa untuk Kristus. dan itu semua sudah Saulus sadari sehingga ia memilih untuk mengikuti perintah Tuhan Yesus walaupun ia hanya baru satu kali itu bertemu dan mendengar suara Tuhan Yesus. Bagaimana dengan adik-adik yang setiap saat selalu mendengar tentang Tuhan Yesus, apakah adik-adik masih mau berbuat hal-hal yang buruk? Walaupun kita tidak mendengar langsung suara Tuhan Yesus, namun friman yang disampaikan dalam Alkitab sudah menceritakan dan emngajarkan kepada kita apa yang Tuhan Yesus perintahkan dan inginkan kita lakukan sebagai pengikut-pengikutNya. Ada banyak tantangan sebagaimana Saulus yang memilih mengikuti Tuhan. Kita mungkin saja tidak disukai oleh teman-teman yang biasa mengajak kita berbuat nakal atau kita mungkin saja akan tergoda untuk memilih antara pergi ke sekolah minggu atau asyik menonton film atau bermain game di rumah, tapi ketika kita memilih menjadi anak-anak Tuhan, kita harus berani menolak hal-hal yang tidak baik atau menggoda dan memilih untuk melakukan hal yang peraga - Gambar perilaku baik dan buruk - Gambar peraga Saulus bertobat - Peta zaman Perjanjian Baru - Gambar Jalan Lurus di kota Damaskus Aktivitas - Mewarnai gambar Saulus bertobat - Mencari perbedaan gambar - Menandai gambar baik dan buruk - Kartu kontrol diri / komitmen Ayat Hafalan Kisah Rasul 9 15 Pergilah, sebab orang ini adalah alat pilihan bagi-Ku untuk memberitakan nama-Ku kepada bangsa-bangsa lain serta raja-raja dan orang-orang Israel.
jika cara terbaik untuk belajar adalah dengan membuat kesalahan Anda harus menjadi konsep kaos yang jeniusBir membuat semuanya lebih baik desain kaospembuat jam tua sedang memperbaiki jamilustrasi yang digambar tangan dari dua teman baik yang membuat manusia saljucoffeeeeee membuat vektor desain kaos segalanya lebih baik dengan mockupKenangan terbaik dibuat berkemahAnda seorang tukang kayu membuat desain kaos grandpas terbaikpengusaha memegang pensil besar dan membuat keputusan yang baik untuk memberi tanda centang pada kertas besarrekrut emotikon guru untuk membuat ilustrasi yang lebih baikilustrasi yang digambar tangan dari dua teman baik yang membuat manusia saljugulir sederhana dan indah perbuatan baik perbatasan elemen dekoratifPerbuatan baik desain font kreatif duniaPaket ekspresi maskot tahun babi membuat ilustrasi mimpi yang baikCara Membuat Bos Yang Baikhidup lebih baik dengan desain kaos sepeda vintageTemplate desain logo huruf i gradien yang menakjubkan dan terbaikkarakter bisnis bingung membuat keputusan pentingelemen grafis vektor logo surat terbaiktampilan belakang manusia membuat keputusan bisnisberkat bahasa koleksi ilustrasi kartun daquan hal-hal baik terjadipekerja konstruksi memperbaiki jalanpekerja renovasi memperbaiki apartemensatu ember logam kosong temukan pilihan terbaik di pikbestcom"pai panas yang mengidam-idamkan menggoda dan kebaikan berkerak untuk pecinta makanan""desain logo ramping dan chic untuk salon kecantikan rambut yang membuat pernyataan"vektor ilustrasi kecerdasan buatan stereo isometrikibu membuat pangsit gaya mbe elemen adegan kecilberburu bebek membuat saya bahagia t shirtilustrasi pengalaman kecerdasan buatan vrselamat gaya cina untuk membuat artileri keberuntungansusu kacang macan buatan sendiriresep selai terong buatan sendiritugas barista memilih infografik pastel yang terbaikdesain kaos kucing terbaik vektor desain trendi warna pink 2020ilustrasi vektor datar koki menyiapkan makanan dengan baik untuk pembeli di restoranorang yang bijaksana membuat pilihan yang sulit antara dua pilihanSaya dibuat untuk berselancar tshirtfestival pertengahan musim gugur membuat ilustrasi tema reuni kue bulankecocokan yang dibuat dalam teks tema surgailustrasi vektor datar koki menyiapkan makanan dengan baik untuk pembeli di restoranilustrasi vektor datar koki menyiapkan makanan dengan baik untuk pembeli di restoranilustrasi vektor datar koki menyiapkan makanan dengan baik untuk pembeli di restoranilustrasi vektor datar koki menyiapkan makanan dengan baik untuk pembeli di restorancovid 19 home adalah tempat teraman terbaik stay home stay safe t shirt designkecocokan yang dibuat dalam teks tema surgaSebuah pertandingan yang dibuat di surgaDewa kekayaan bintang awan keberuntungan berharap yang terbaik untuk Andatemukan varietas dan topping sandwich klub terbaikHow do you like the search results?Thank you for your Feedback!
mewarnai gambar perbuatan baik dan buruk